Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Legislator AS: Panen Organ di China seperti Nazi

Kompas.com - 29/06/2016, 11:22 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Kongres AS telah mengesahkan resolusi  untuk mendesak China agar menghentikan pengambilan organ tubuh para tahanan.

China telah memanen organ para tahanan politik, agama, dan keyakinan lainnya yang dianggap menentang pemerintah Beijing, seperti dirilis Voice of America, Rabu (29/6/2016).

Sebuah sub komite gabungan AS, Kamis (23/6/2016), mendengar kesaksian mengenai perdagangan organ ilegal.

Kesaksian itu disampaikan hanya dua minggu setelah DPR mengesahkan sebuah resolusi yang mendesak China agar menghentikan pengambilan organ tubuh para tahanan.

Bersaksi dihadapan anggota Kongres, Christopher Smith dan Dana Rohrabacher, para penyelidik menyampaikan temuan dalam dokumen setebal 798 halaman yang diterbitkan hari Rabu.

Laporan itu mengatakan Partai Komunis China terlibat dalam pembunuhan massal, menyiksa aktivis yang dipenjarakan terutama pengikut Falun Gong.

Selain itu, etnis Uighur, Tibet dan sebagian warga Kristen dari gereja-gereja yang tidak diakui pemerintah disika untuk mendapat organ guna transplantasi medis.

Menurut laporan baru itu, pengambilan organ China setiap tahunnya jauh melampau perkiraan resmi pemerintah yaitu 10.000 prosedur pembedahan setiap tahunnya.

David Matas seorang pengacara HAM Kanada dan salah seorang penyusun laporan itu mengungkapkan, “Berapa besar transplantasi organ di China ketika kita jumlahkan semua data dari pusat-pusat transplantasi dan RS? Bukannya 10.000 per tahun.”

“Kami memperkirakan berkisar antara 60000 sampai 100.000 transplantasi per tahun, dengan penekanan pada jumlah yang lebih besar,” katanya lagi.

Bersama rekan penyusun laporan itu, David Kilgore, seorang mantan diplomat senior Kanada, mengatakan, kesaksian mereka juga diikuti oleh wartawan investigasi Ethan Gutmann, Profesor Francis Delmonico dari Fakultas Kedokteran Harvard dan Charles Lee, seorang pengikut Falun Gong yang mengasingkan diri.

Tidak bermoral

“Kami ingin menegaskan kepada semua pihak, bahwa transplantasi organ jenis apapun harus ditangani secara sangat hati-hati khususnya di negara seperti China” kata Rohrabacher.

Dia menyebut kepemimpinan komunis “sangat menekan, ini digunakan bukan hanya sebagai cara mendapatkan uang yang tidak bermoral tapi juga untuk menekan rakyat mereka.”

“Perdagangan organ adalah tindakan yang tidak beradab. Seperti Nazi dan terjadi saat ini di banyak bagian dunia, termasuk khususnya di China,” kata Smith.

“Keprihatinan terbesar adalah pejabat militer mendapat uang dalam jumlah besar dengan mengeksekusi pengikut Falun Gong dan tahanan politik, agama serta keyakinan lainnya yang bertentangan dengan pemerintah, untuk mengambil organ mereka. Ini harus dihentikan dan diungkapkan," imbuhnya.

Associated Press Praktisi Falun Gong mengadakan konferensi pers di Arlington, Virginia, mengenai panen organ (Dok.)

Ia melanjutkan, "Saya tidak bisa membayangkan seperti apa rasanya menjadi tahanan yang dipenjara dan mengetahui bahwa besok jam 08.00 pagi, pankreas atau hati kita diambil kemudian kita akan mati."

Pada 13 Juni lalu, Kongres AS dengan suara bulat mengesahkan resolusi yang mendesak China untuk menghentikan pengambilan organ para tahanan politik, agama dan keyakinan lainnya dan mengakhiri hukuman terhadap Falun Gong yang sudah berlangsung 17 tahun.

Resolusi itu juga melarang Departemen Luar Negeri As mengeluarkan visa bagi mereka di China dan negara-negara lain yang bertanggung jawab melakukan pengambilan organ manusia.

RUU itu juga mewajibkan laporan dipatuhinya kebijakan setiap tahun kepada Kongres.

Juru bicara Kkedutaan Besar China di Washington DC, Zhu Haiquan, menanggapi tuduhan-tuduhan pengambilan organ itu sebagai rekayasa.

Zhu juga menyebut Falun Gong sebuah gerakan anti China dan mendesak Kongres untuk menarik dukungannya bagi praktek spiritual yang menggabungkan meditasi dan latihan qigong dengan falsafah moral yang berpusat pada prinsip kebenaran dan kasih sayang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com