Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejak Duterte Menangi Pilpres Filipina, 40 Pengedar Narkoba Tewas Ditembak

Kompas.com - 22/06/2016, 15:58 WIB

MANILA, KOMPAS.com - Rodrigo Duterte baru memenangkan pemilihan presiden Filipina pada 9 Mei lalu dan dampaknya langsung dirasakan para pengedar narkoba negeri itu.

Menurut Kepala Kepolisian Filipina Wilben Mayor, sejak kemenangan Duterte lebih dari 40 tersangka pengedar narkoba tewas di tangan polisi.

Padahal, empat bulan sebelum pemilihan presiden, polisi hanya menembak mati 39 orang tersangka pengedar narkotika.

Nampaknya, situasi ini sesuai dengan janji Duterte yang diumbarnya dalam masa kampanye. Saat itu dia mengancam semua orang yang terlibat narkoba dengan kematian.

"Semua kalian yang terlibat dalam narkotika, saya akan benar-benar membunuh kalian. Saya tak punya kesabaran, tak ada wilayah tengah. Yang ada hanya kalian membunuh saya atau sebaliknya," kata Duterte.

Duterte menambahkan, lupakan undang-undang HAM. Dia menjanjikan, jika memenangkan pilpres maka dia akan melakukan semua yang dilakukannya saat menjadi wali kota Davao.

"Mereka mengatakan saya adalah tentara kematian? Itu benar, sangat benar," kata Duterte ringan.

Selama menjadi wali kota Davao selama 22 tahun, Duterte mengubah kota yang awalnya kumuh, miskin dan penuh kejahatan menjadi salah satu kota teraman di dunia.

Prestasi itulah yang menjadi "jualan" Duterte dalam kampanye pilpres, selain berjanji akan menyelesaikan masalah narkotika dan kriminal lainnya dalam waktu enam bulan.

Janji-janji kerasnya itu tak hanya memberinya kemenangan dalam pilpres tetapi juga memberinya nama julukan baru yaitu "The Punisher" alias Si Penghukum.

Awal pekan ini, kepolisian Filipina menggelar penggerebekan yang menewaskan dua tersangka pengedar yang diklaim melawan saat hendak ditahan.

Media massa Filipina mengabarkan, semua tersangka pengedar narkoba tewas karena melawan polisi dalam penggerebekan di Manila, Laguna, Bulacan, Rizal, Bohol dan Cebu.

Tak hanya para pengedar narkoba yang menjadi incaran polisi, tetapi juga mereka yang melanggar jam malam di Manila.

Kepolisian di Manila menggelar operasi yang disebut sebagai "Operasi Rody", yang merupakan singkatan dari Ris the Street of Drinkers and the Youth artiny a kurang lebih adalah membersihkan jalanan dari para pemabuk dan anak-anak.

Dalam operasi ini orang dewasa yang tertangkap minum-minuman keras di luar rumah pada malam hari dihukum push up dan akan ditahan jika mengulangi perbuatannya.

Sementara, anak-anak yang ditangkap akan diserahkan kembali ke orangtua mereka disertai peringatan keras.

Pada Mei lalu, polisi menghancurkan peralatan yang digunakan untuk memproduksi obat-obatan terlarang bernilai 9 juta peso atau sekitar Rp 2,5 miliar di pinggiran kota Manila.

Badan Anti-narkoba Filipina mengatakan sudah memusnahkan obat-obatan terlarang bernilai lebih dari 8 miliar peso atau tak kurang dari Rp 2,2 triliun sejak 2012.

Para penegak hukum ini berjanji akan semakin keras bertindak menghadapi pelanggar hukum di bawah rezim Rodrigo Duterte.

Duterte yang akan resmi menjabat pada 30 Juni mendatang berulang kali menyatakan dia akan mendukung penuh keputusan polisi yang menembak mati penjahat yang melawan.

Sementara itu, sejumlah organisasi HAM mencatat di kota Davao, tempat Duterte menjadi wali kota selama lebih dari dua dekade, tercatat 1.400 kasus pembunuhan tak terpecahkan sejak 1998.

Sebagian besar korban pembunuhan itu adalah para penjahat kelas teri dan pengedar narkoba jalanan. Dan, Duterte selalu membantah terlibat dalam kematian orang-orang itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com