Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Duterte Minta Maaf atas Pemenggalan Warga Kanada oleh Abu Sayyaf

Kompas.com - 26/05/2016, 15:02 WIB

MANILA, KOMPAS.com – Presiden terpilih Filipina,  Rodrigo Duterte, Kamis (26/5/2016), telah meminta maaf kepada Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau atas pemenggalan warga Kanada oleh militan Abu Sayyaf.

Wali Kota Davao, yang berbicara saat menjawab panggilan telepon dari Trudeau, menegaskan bahwa kejadian serupa takkan terjadi lagi di kemudian hari.

Trudeau menelpon Duterte untuk menyampaikan selamat atas terpilihnya sebagai presiden Filipina untuk menggantikan Benigno Aquino itu.

Duterte (71) telah keluarga sebagai pemenang atas pemilu pada 9 Mei. Perhitungan suara resmi menunjukkan dia unggul enam juta suara dibanding saingannya.

Ia menjadi favorit warga Filipina karena vokal dalam berpendapat untuk menggulung para pelaku kejahatan korupsi dan penyalahgunaan narkoba.

"Terimalah permohonan maaf saya yang menyebabkan terjadinya pembunuhan warga Anda," kata Duterte kepada Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, yang meneleponnya untuk mengucapkan selamat atas kemenangannya, Kamis ini.. 

Warga korban pemenggalan Abu Syaaf yang dimaksud adalah John Ridsdel, mantan eksekutif pertambangan dari Kanada.

Ridsdel ditebas kelompok militan Abu Sayyaf di pulau Jolo, Filipina selatan, 25 April lalu. Trudeau menyebut eksekusi ini "tindakan pembunuhan berdarah dingin".

Warga Kanada lainnya, seorang warga Norwegia dan wanita Filipina masih disekap oleh sayap Al Qaeda di Asia Tenggara tersebut.  

Abu Sayyaf mendesak Filipina dan Kanada serta keluarga tawanan untuk memberikan uang tebusan sebesar 300 juta peso  atau sekitar 84,7 miliar untuk setiap sandera.

Jika uang tebusan tak dibayarkan hingga 13 Juni 2016 pukul 15.00, maka sandera akan dibunuh. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com