Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kolak Biji Salak dan Rendang, Obat Kangen Para Perantau Saat Ramadhan

Kompas.com - 08/06/2016, 18:50 WIB
Caroline Damanik

Penulis

MELBOURNE, KOMPAS.com - Bagi mereka yang tinggal atau sedang berada di Melbourne, Victoria, Australia, kini tidak sulit menemukan makanan ala Indonesia untuk takjil atau buka puasa, seperti kolak dan bubur sumsum, selama bulan Ramadhan.

Hidangan ini bisa dibuat sendiri, dinikmati dengan mendatangi masjid dan acara komunitas Indonesia, atau membelinya di restoran Indonesia yang kini bertebaran di Melbourne.

Di deretan pertokoan di Swanston Street, salah satu jalan teramai di Melbourne, menu buka puasa ala Indonesia bisa dijumpai di sebuah restoran bernama Nelayan. Di sini, tersedia mulai dari kolak biji salak, es campur hingga bubur kacang hijau bercampur ketan hitam nan manis di restoran ini.

Selasa (7/6/2016) sore, menjelang jam buka puasa pada pukul 17.12 waktu setempat, restoran yang sudah berdiri sejak tahun 1997 ini mulai didatangi pengunjung untuk berbuka.

Udara dingin setelah hujan yang meliputi Melbourne, apalagi musim dingin tengah berlangsung, menyeruak ke dalam restoran yang hangat setiap kali pengunjung masuk dengan mendorong pintu kaca.

KOMPAS.com/Caroline Damanik Mei Santoso, pemilik Restoran Nelayan yang menjual makanan ala Indonesia di Swanston Street, Melbourne, Australia.
Mei Santoso, pemilik restoran ini, mengatakan bahwa pengunjung yang datang menjelang buka puasa pada hari kedua ini lebih sedikit dibandingkan kemarin.

"Biasanya jam segini sudah penuh," kata Mei.

Namun, seiring waktu berjalan, menjelang jam 18.00, pengunjung terus berdatangan. Meja kursi yang tersedia nyaris penuh.

Tak sedikit pula yang membeli makanan untuk dibawa pulang. Pengunjung yang berbuka puasa berbaur dengan mereka yang ingin menikmati makan malam.

Ferdian Shendy, salah satu warga Indonesia yang datang ke restoran ini mendapat semangkuk kecil kolak biji salak sebagai makanan untuk buka puasa atau takjil.

Dia lalu memilih rendang dan tumis taoge sebagai menu makan malamnya. Nasi putih dengan dua lauk atau sayur ditebusnya dengan harga 9 dollar Australia atau sekitar Rp 90.000.

"(Makanan) untuk takjilnya kebetulan dapat gratis dari sini," katanya.

Ferdian sendiri sengaja memilih menu ala Indonesia untuk berbuka di hari kedua puasa ini meski di sepanjang jalan Swanston Street, restoran dan gerai makanan bertaburan. Dia menuturkan rasa rendangnya mirip dengan yang biasa dimakannya di Indonesia.

"Biar berasa di rumah aja kali ya. Cita rasanya tetap Indonesia sih," ungkapnya sambil tertawa.

Sama seperti Ferdian, Edita Novembriati, pengunjung lainnya, juga memilih tumis taoge sebagai menu makan malam setelah buka puasa. Bahkan dia mengaku sengaja datang ke restoran ini untuk menikmati olahan taoge.
 
"Aku pilihnya taoge karena susah cari taoge di sini. Lalu pilih opor ayam. Lebih ngincar taogenya sih karena susah banget cari taoge," tuturnya.

Edita mengaku senang jika menemukan makanan ala Indonesia saat merantau di Australia. Setidaknya, rasa kangen akan menu tanah air bisa terobati meski harus menempuh jarak yang jauh dari tempat tinggalnya.

"Kalau mau makan sayur-sayuran ala Indonesia (di sini), kami harus naik bis dua kali atau naik tram dan mesti transit. Perjuangannya lumayan," ucapnya sambil tersenyum.

KOMPAS.com/Caroline Damanik Beragam menu ala Indonesia tersedia di Restoran Nelayan di Swanston Street, Melbourne, Australia. Pada bulan Ramadhan, menu makanan untuk takjjil dibagikan gratis.

Menu favorit

Mei yang biasa disapa tante olah para pekerjanya mengatakan, rendang adalah menu yang paling populer di restorannya selain empal, ayam goreng dan sop buntut. Untuk sayurannya, tentu saja tumis taoge.

"Taoge ini paling terkenal di Melbourne," tuturnya.

Saat bulan Ramadhan tiba, Mei mengatakan, biasanya mereka menambah menu makanan manis untuk hidangan berbuka puasa setiap hari, seperti bubur ketan hitam, kolak biji salak, kue basah, dan khusus akhir pekan, restoran ini menyediakan banyak jenis roti. Terkadang juga, lanjutnya, mereka menyediakan menu semacam lontong cap gomeh dan ketupat.

Restoran nelayan di Swanston Street adalah restoran kedua. Yang pertama berada di Glenferrie Road, Hawthorn, di timur Kota Melbourne.

Saat ini, Nelayan memiliki tiga koki. Salah satu koki, Dodi, asal Indonesia telah bekerja sejak restoran ini dibuka.

"Sudah ikut saya nih sejak buka," kata Mei sambil menunjuk Dodi.

Selain itu, Mei sengaja hanya memperkerjakan mahasiswa Indonesia di restorannya.

"Karena cocok aja. Bisa dibilangin sesuatu dan mereka langsung mengerti. Ya sekalian bantu-bantu mahasiswa dari negara sendiri ya," tuturnya.

KOMPAS.com/Caroline Damanik Suasana Restoran Nelayan yang menyediakan menu makanan ala Indonesia di Swanston Street, Melbourne, Australia, saat buka puasa, Selasa (7/6/2016).

 Tulisan ini dibuat dalam rangkaian perjalanan Kompas.com yang diundang ABC Australia Plus ke Australia, 14 Mei-15 Juni 2016, bersama MNC Group dan Detik.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com