Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selama 2 Tahun, Wanita Ini Antar Surat ke Malaysia Airlines Tanyakan Nasib Keluarga

Kompas.com - 08/03/2016, 09:15 WIB
BEIJING, KOMPAS.com — Hampir setiap hari selama dua tahun terakhir, Dai Shuqin (62), pensiunan pekerja pabrik, pergi ke kantor perwakilan Malaysia Airlines di Beijing.

Bukan perjalanan ringan yang harus ditempuh perempuan itu. Sebab, dia harus menggunakan beberapa buah bus melintasi kota Beijing untuk tiba di kantor maskapai tersebut.

Tujuannya selama dua tahun terakhir ini hanya untuk memberikan sepucuk surat langsung kepada maskapai penerbangan Malaysia itu.

"Katakan yang sebenarnya kepada kami dan kembalikan keluarga yang kami cintai," demikian isi surat Dai.

Setelah menyerahkan surat itu, Dai kembali naik bus dan kembali ke apartemen kecilnya di mana dia menyimpan beberapa dus berisi salinan ratusan surat yang sudah dia kirimkan selama dua tahun terakhir.

Semua isi suratnya sama, meminta kepastian kabar terkait saudarinya dan empat anggota keluarganya yang hilang bersama Malaysia Airlines MH370 pada 8 Maret 2014.

Apa yang akan Anda lakukan jika Anda tak mengetahui nasib keluarga dan orang-orang yang Anda cintai?

Beberapa dari mereka mengajukan gugatan hukum, seperti yang dilakukan 12 keluarga penumpang Malaysia Airlines pada Senin (7/3/2016).

Sebagian lainnya dengan terpaksa menerima uang ganti rugi dari Malaysia Airlines dengan syarat mereka tidak mengajukan gugatan.

Sebagian lainnya masih berdebat terkait langkah yang harus mereka lakukan.

Sementara sebagian lainnya, termasuk Dai, mencoba mencari penghiburan pribadi dengan meyakini bahwa keluarga mereka masih hidup meski tanpa kabar selama dua tahun terakhir ini.

"Banyak orang mengatakan kami sudah gila. Namun, kami merasa keluarga kami masih hidup," ujar Dai.

"Para pejabat hanya mengatakan semua penumpang sudah tewas. Kami tak mau menerima itu. Jika mereka katakan yang sebenarnya atau memberi kami penjelasan yang meyakinkan, maka kami akan berhenti bertanya," ujar Dai.

Perempuan ini tidak peduli jika upayanya ini dianggap sebuah hal yang mustahil terwujud.

"Saya tak bisa tidur dan saya tak bisa menghilangkan hal ini dari pikiran saya," tambah Dai.

"Saya tak punya cara lain untuk mengatasi ini. Pergi ke (kantor) Malaysia Airlines setiap hari memberi saya sedikit kelegaan dan saya merasa sudah melakukan sesuatu untuk adik saya," kata dia.

Banyak anggota keluarga penumpang MH370 yakin kisah sebenarnya dari hilangnya pesawat itu disembunyikan dari mereka.

Mereka tak mau menerima apa yang sudah terjadi, memperdebatkan berbagai teori serta bertukar fakta dan rumor.

Kondisi serupa juga dialami Kelly Wen, yang mengelola bisnis furnitur, berusaha keras melanjutkan hidup setelah suaminya hilang bersama pesawat itu.

Namun, ternyata melanjutkan hidup tak mudah bagi Kelly yang masih dihantui peristiwa tragis itu.

"Keluarga saya masih dibayangi tragedi MH370. Saya tak bisa bekerja seperti biasa karena terlalu banyak isu yang harus saya tangani bersama keluarga. Namun, saya berharap perlahan saya bisa melanjutkan hidup," kata Kelly (31) yang memiliki seorang putra berusia lima tahun itu.

Dengan ulang tahun pernikahan keduanya semakin dekat, Kelly semakin yakin bahwa dia harus memutuskan langkah selanjutnya yang harus dia ambil.

"Saya harus memutuskan apakah harus menerima kompensasi dan bersepakat dengan Malaysia Airlines atau mengajukan gugatan," ujar dia.

Di sisi lain, Dai nampaknya sudah tak berpikir untuk melanjutkan hidup. Dia hanya mendedikasikan masa depannya untuk mengirimkan surat ke Malaysia Airlines.

Setahun lalu, satu-satunya putri Dai melahirkan seorang bayi yang merupakan satu-satunya cucu. Dai diharapkan putrinya untuk mengurus bayi itu.

Namun, Dai menolak permintaan putrinya, karena mengirim surat ke Malaysia Airlines sudah menghabiskan terlalu banyak waktunya.  - Hampir setiap hari selama dua tahun terakhir Dai Shuqin (62), pensiunan pekerja pabrik pergi ke kantor perwakilan Malaysia Airlines di Beijing.

Bukan perjalanan ringan yang harus ditempuh perempuan itu. Sebab dia harua menggunakan beberapa buah bus melintasi kota Beijing untuk tiba di kantor maskapai tersebut.

Tujuannya selama dua tahun terakhir ini hanya untuk memberikan sepucuk surat langsung kepada maskapai penerbangan Malaysia itu.

"Katakan yang sebenarnya kepada kami dan kembalikan keluarga yang kami cintai," demikian isi surat Dai.

Setelah menyerahkan surat itu, Dai kembali naik bus dan kembali ke apartemen kecilnya di mana dia menyimpan beberapa dus berisi salinan ratusan surat yang sudah dia kirimkan selama dua tahun terakhir.

Semua isi suratnya sama, meminta kepastian kabar terkait saudarinya dan empat anggota keluarganya yang hilang bersama Malaysia Airlines MH370 pada 8 Maret 2014.
Apa yang akan Anda lakukan jika Anda tak mengetahui nasib keluarga dan orang-orang yang Anda cintai?

Beberapa dari mereka mengajukan gugatan hukum, seperti yang dilakukan 12 keluarga penumpang Malaysia Airlines pada Senin (7/3/2016).

Sebagian lainnya dengan terpaksa menerima uang ganti rugi dari Malaysia Airlines dengan syarat mereka tidak mengajukan gugatan.

Sebagian lainnya masih berdebat terkait langkah yang harus mereka lakukan.

Sedangkan sebagian lainnya, termasuk Dai, mencoba mencari penghiburan pribadi dengan meyakini bahwa keluarga mereka masih hidup meski tanpa kabar selama dua tahun terakhir ini.

"Banyak orang mengatakan kami sudah gila. Namun kami merasa kelurga kami masih hidup," ujar Dai.

"Para pejabat hanya mengatakan semua penumpang sudah tewas. Kami tak mau menerima itu. Jika mereka katakan yang sebenarnya atau memberi kami penjelasan yang meyakinkan, maka kami akan berhenti bertanya," ujar Dai.

Perempuan ini tidak peduli jika upayanya ini dianggap sebuah hal yang mustahil terwujud.

"Saya tak bisa tidur dan saya tak bisa menghilangkan hal ini dari pikiran saya," tambah Dai.

"Saya tak punya cara lain untuk mengatasi ini. Pergi ke (kantor) Malaysia Airlines setiap hari memberi saya sedikit kelegaan dan saya merasa sudah melakukan sesuatu untuk adik saya," kata dia.

Banyak anggota keluarga penumpang MH370 yakin kisah sebenarnya dari hilangnya pesawat itu disembunyikan dari mereka.

Mereka tak mau menerima apa yang sudah terjadi, memperdebatkan berbagai teori, serta bertukar fakta dan rumor.
Kondisi serupa juga dialami Kelly Wen, yang mengelola bisnis furnitur, berusaha keras melanjutkan hidup setelah suaminya hilang bersama pesawat itu.

Namun, ternyata melanjutkan hidup tak mudah bagi Kelly yang masih dihantui peristiwa tragis itu.

"Keluarga saya masih dibayangi tragedi MH370. Saya tak bisa bekerja seperti biasa karena terlalu banyak isu yang harus saya tangani bersama keluarga. Namun, saya berharap perlahan saya bisa melanjutkan hidup," kata Kelly (31) yang memiliki seorang putra berusia lima tahun itu.

Dengan ulang tahun pernikahan keduanya semakin dekat, Kelly semakin yakin bahwa dia harus memutuskan langkah selanjutnya yang harus dia ambil.

"Saya harus memutuskan apakah harus menerima kompensasi dan bersepakat dengan Malaysia Airlines atau mengajukan gugatan," ujar dia.

Di sisi lain, tampaknya Dai sudah tak berpikir untuk melanjutkan hidup. Dia hanya mendedikasikan masa depannya untuk mengirimkan surat ke Malaysia Airlines.

Setahun lalu, satu-satunya putri Dai melahirkan seorang bayi yang merupakan satu-satunya cucu. Dai diharapkan putrinya untuk mengurus bayi itu.

Namun, Dai menolak permintaan putrinya karena mengirim surat ke Malaysia Airlines sudah menghabiskan terlalu banyak waktunya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com