Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Jokowi" dan "RI 1" Jadi Nomor Cantik untuk Mobil di Australia

Kompas.com - 13/01/2016, 15:06 WIB
KOMPAS.com — Di Australia, pemilik kendaraan, terutama mobil, boleh memilih sendiri nomor pelat yang mereka inginkan, dengan membayar biaya tambahan. Beberapa warga Indonesia menggunakan kesempatan itu, dan di antaranya memiliki nomor pelat "Jokow1" dan "RI 1".

Nomor mobil "Jokow1" yang dibaca menjadi "Jokowi" dimiliki oleh Windu Kuntoro, seorang fotografer asal Indonesia yang tinggal di Melbourne.

Dalam penjelasannya kepada wartawan ABC Australia Plus Indonesia, L Sastra Wijaya, Windu mengatakan, pelat nomor "Jokow1" ini dibeli sebelum pemilihan presiden pada tahun 2014.

"Ada beberapa alasan mengapa saya memutuskan menggunakan nama Jokowi untuk pelat mobil saya. Pertama, lebih pada soal sukacita merayakan pemilihan umum, ingin merasakan yang beda ketika ikut berpartisipasi sebagai pemilih setelah mengikuti beberapa kali pemilu di luar negeri," kata Windu.

"Kedua, karena ikut andil dalam mengampanyekan Jokowi sebagai kandidat calon presiden sebelum pemilu dan ketiga, serta terasa lebih unik karena sebagai warga negara Indonesia yang tinggal di luar negeri menggunakan pelat nomor kepala negaranya," tambah Windu.

Bagaimana proses pembuatan pelat nomor khusus tersebut?

"Di Victoria, kami tidak perlu repot-repot datang ke VicRoads (semacam samsat untuk Victoria). Cukup dengan aplikasi online yang disediakan oleh VicRoads. Ketentuannya, pelat nomor yang diajukan belum pernah dipakai oleh orang lain, tidak mengandung unsur SARA, pemohon belum pernah terlibat dalam tindak pidana, dan harus membayar sejumlah uang tertentu ketika disetujui," kata Windu.

"Proses pembuatan sekitar lima hari kerja tanpa harus mengambil fisik pelat nomornya. VicRoads akan mengirimkan lewat pos. Biayanya sekitar 500 dollar Australia (Rp 5 juta)," tambah Windu.

Memiliki pelat nomor nama Presiden Indonesia tersebut ternyata juga membawa cerita tersendiri bagi Windu Kuntoro.

"Ketika Pemerintah Indonesia pasca-hukuman mati warga negara Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, beberapa kali saya menjumpai wajah-wajah yang tidak suka ketika saya sedang di jalan, di pompa bensin, dan di tempat parkir. Namun, pada saat itu saja."

"Namun, di sisi lain, yang saya suka, hampir setiap teman ataupun orang Indonesia yang sedang mengunjungi Melbourne menjadikan pelat nomor ini sebagai obyek foto," tambah Windu.

Bila "Jokowi" ada di Victoria, di Negara Bagian New South Wales, seorang warga Indonesia yang meminta namanya tidak disebutkan memiliki pelat nomor "Ri 1" untuk mobil Jeep-nya.

Dia seorang manajer propertiyang sudah tinggal di Sydney dalam 12 tahun terakhir. "Saya sudah memiliki pelat nomor ini selama tiga tahun. Pada awalnya, saya mencari sesuatu yang mudah diingat dan sesuatu yang unik untuk menunjukkan asal kita," katanya lewat e-mail.

Sama seperti pelat nomor "Jokow1", mobilnya juga sering mendapat perhatian dari warga Indonesia lainnya di Sydney.

"Kebanyakan hanya orang Indonesia yang tahu tentang arti pelat ini. Mereka hanya tersenyum, dan biasanya saya juga membalas dengan tersenyum dan mengatakan, saya menggunakan pelat ini, sudah tidak 'macet' di jalan," katanya lagi.

Pada dasarnya, di seluruh negara bagian di Australia, tiap-tiap lembaga otoritas yang mengurusi masalah kendaraan mengizinkan pemilik kendaraan memilih pelat nomor yang mereka kehendaki.

Maria Leeds Maria Leeds dengan mobilnya PENARI.

Untuk itulah, Maria Leeds, seorang warga Indonesia yang tinggal di Melbourne, memilih pelat nomor "Penari" untuk mobil Mercedes-nya.

Maria adalah penari yang banyak menampilkan tarian-tarian asal Indonesia dalam berbagai pertunjukan budaya.

"Pelat nomor ini adalah hadiah ulang tahun ke-40 dari pasangan saya. Saya kan penari, dan sudah lama saya ingin beli pelat nomor bertuliskan penari ini," kata Maria.

"Saya memang sudah lama mencari sesuatu untuk mobil saya yang menggambarkan tentang saya dan Indonesia. Pertama, saya mau memilih nama 'Ngawi' sebagai kota kelahiran. Namun, kemudian kurang sreg. Lalu saya ngobrol dengan Tony (pasangannya). Karena saya dikenal sebagai penari, saya kemudian memutuskan menggunakan pelat nomor tersebut," kata Maria lagi.

Menurut Maria, dengan pelat nomor "Penari" ini, dia berusaha memperkenalkan Indonesia lebih jauh lagi lewat mobil yang dimilikinya.

"Paling tidak orang-orang di sini ketika melihat pelat mobil saya akan mengeja 'Penari'. Nah, secara tidak langsung, saya mengajarkan bahasa Indonesia kepada mereka. Cuma, lucunya, ada juga yang bertanya apakah 'Penari' adalah nama keluarga saya," kata Maria.

Di ibu kota Australia Selatan, Adelaide, Budiharto, seorang guru bahasa Indonesia, memilih pelat nomor "Senik 4" untuk mobil Subaru yang dimilikinya.

"Pelat nomor ini kira-kira sudah delapan atau sembilan tahun. Maunya, bunyi pelatnya 'Yu Senik', tetapi ada keterbatasan, saya mau pelat nomor yang terjangkau dan tak harus bayar ongkos tahunan," katanya.

"Untuk memuhi 'selera' itu, saya memilih pelat nomor personalised. Kalau tidak salah, saya membayar waktu itu 76 dollar, untuk sekali saja. Pelat nomor personalised terdiri atas enam digit dan harus kombinasi huruf-angka (5h 1a, 4h 2a, dan seterusnya). Angka 4 saya ambil dari jumlah anggota keluarga," katanya lagi.

Mengapa memilih nama "Yu Senik" atau "Senik"?  Budiharto memiliki penjelasan filosofis mengenai pilihan nama Senik tersebut.

"'Senik' bagi saya menjadi representasi posisi, nilai dan dialog gagasan yang terjadi di dalam kepala saya. Dalam tradisi pedesaan Jawa, senik menjadi salah satu 'paraban', nick name, biasanya untuk perempuan."

"'Yu' dalam 'Yu Senik' hendak menegaskan jekel penyandang paraban itu. Dengan demikian, paraban 'Yu Senik' akan membangkitkan asosiasi tentang: perempuan, udik, dan karenanya sering dikaitkan dengan sifat kampungan," ujarnya.

Dalam strata sosial Indonesia modern, "yu" (senik) akan membangkitkan asosiasi tentang bedinde dari Jawa yang mengabdi pada keluarga modern atau orang Jawa yang menggeluti kerja sektor informal di kota besar: penjual jamu gendong, penjual sayuran atau jajanan di pasar, tukang cuci, dan profesi sejenis yang hanya dilakukan oleh orang kampung (dan Jawa).

"Tiga asosiasi itu kalau dijadikan predikat dari subyek 'kamu', maka kalimat atau pernyataannya akan bersifat merendahkan, seperti (dasar kamu) perempuan!, (kamu) udik!, (kamu) kampungan. Namun, jika subyek 'saya', maka kalimat/pernyataannya akan adanya rasa percaya diri (confidence): saya memang perempuan, saya udik dan kampungan," tambah Budiharto.

"Meskipun 'Yu Senik' adalah tokoh rekaan saja, membicarakan tokoh ini di luar habitatnya berarti mengetengahkan perempuan pinggiran, udik/kampungan, pekerja kasar/labourer," kata Budiharto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com