Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Bocah Minta Hakim agar Ibunya Tetap Dibui karena Bunuh Ayahnya

Kompas.com - 05/11/2015, 12:49 WIB
WASHINGTON, KOMPAS.com — Saat Bradyn Smith dari Ohio, AS, berusia empat tahun, ayahnya menghukum dia dan ibunya jadi marah.

Dia mengatakan, dirinya mendengar orang tuanya bertengkar. Dia juga mengatakan, dirinya melihat ayahnya mendorong ibunya. Kemudian, dia menyaksikan ibunya mengambil pisau, menghunjamkan pisau itu ke dada ayahnya lalu melempar pisau tersebut ke wastafel.

Ayahnya, Robert Takach, meninggal di rumah sakit pada usia 25 tahun.

Ibunya, Shannon Smith, kini berusia 29 tahun, dihukum karena pembunuhan tidak terencana dan merusak barang bukti dalam pembunuhan tahun 2009 itu. Dia kemudian dijatuhi hukuman penjara 10 tahun.

Smith muncul di pengadilan di Warren County, Ohio, hari Rabu (4/11/2015), untuk memohon pembebasan lebih awal. Sebagai antisipasi, putranya yang sekarang berusia 10 tahun, yaitu Bradyn, menulis surat kepada hakim. Dia meminta sang hakim agar tetap menempatkan ibunya di balik jeruji besi.

"Yang Terhormat Hakim Peeler, saya merasa bahwa ibu saya harus tetap tinggal di penjara karena saya melihat dia menikam ayah saya tepat di jantung, sementara adik perempuan saya berada dalam pelukannya (ayah)," tulis Bradyn dengan pensil. "Hidup saya akan menjadi 10 kali lebih baik jika ibu tidak membunuh ayah saya karena hal tersebut telah merenggut sejumlah besar kebahagiaan hidup saya dan adik perempuan saya."

Pada persidangan Rabu, hakim menetapkan tanggal pembebasan Smith pada Desember 2016. Itu artinya, dia bebas setelah tujuh tahun dipenjara, kata pengacaranya, Charlie Rittgers.

Selama tiga tahun setelah pembebasannya, Smith akan berada dalam kontrol masyarakat, yang mirip dengan masa percobaan. Dia akan berada dalam tahanan rumah selama tahun pertama.

"Kami senang bahwa keputusan itu membuat dia keluar dari penjara lebih awal," kata Rittgers. "Kami tahu hal tersebut merupakan keputusan yang sulit bagi semua pihak yang terlibat. Mudah-mudahan dia bisa memulai untuk memperbaiki hubungan dan bergabung kembali dengan anak-anaknya."

Ibu Takach, Patty Todd, mengatakan dalam sebuah wawancara setelah persidangan bahwa dia masih syok.

"Hakim mengatakan bahwa dia harus keluar dari penjara demi bisa bersama anak-anaknya, tetapi anak-anaknya takut," kata Todd. "Dia menghilangkan nyawa di depan anak-anaknya. Pengadilan mengabaikan kehidupan anak-anak, nyawa putra saya."

Berdasarkan sejumlah laporan, Smith dan Takach memiliki hubungan yang keras. Keduanya bertemu ketika mereka masih anak-anak. Tahun 2004, keduanya punya anak yang pertama, yaitu Bradyn. Kedua orang tua baru itu mulai hidup bersama dan, tahun 2007, memiliki seorang anak perempuan, yang diberi nama Brooklynn.

Tetapi kekerasan, narkoba, dan alkohol menyelimuti mereka.

Tahun 2008, Takach diperintahkan untuk menjalani perawatan di pusat rehabilitasi di Ohio. Demikian menurut penyataan pengadilan tahun 2011.

Tiga bulan kemudian, Takach pulang. Namun, Smith telah berubah dan sedang mengandung anak dari seorang pria lain.

Terlepas dari itu, pada Januari 2009, Takach berada di pintu rumah Smith bersama barang-barang miliknya.

"Smith tidak ingin Takach kembali, karena dia mau memulai hidup baru," demikian menurut pernyataan Hakim William Young dari Pengadilan Banding Distrik 12 Ohio tahun 2011. "Namun, dia tidak mengatakan apa-apa karena (Smith) tidak ingin ada masalah saat itu maka dia setuju untuk membiarkan Takach tinggal selama satu hari sehingga Takach bisa menghabiskan waktu bersama anak-anak mereka."

Pada 29 Januari 2009, keduanya bertengkar di sebuah apartemen di Franklin, Ohio. Smith kemudian mengatakan kepada polisi bahwa Takach mulai "mendorong" dirinya di bagian perut, sambil bertanya, "Bagaimana mungkin (Smith) melakukan ini (hamil dari pria lain)?"

Smith mengatakan, suaminya mencekik tenggorokannya. Smith bilang, dia tidak bisa bernapas atau memberi tahu suaminya untuk berhenti. Maka, dia menarik pisau dan mengayunkannya, berniat untuk memotong lengannya.

Ketika para penyidik tiba di lokasi, Bradyn yang saat itu berusia empat tahun mengatakan kepada mereka bahwa "mamanya menusuk ayahnya dan menaruh pisau di wastafel".

Smith didakwa dengan pembunuhan, pembunuhan tidak terencana, dan merusak barang bukti. Dalam persidangan, dia dibebaskan dari tuduhan pembunuhan, tetapi dihukum atas dua tuduhan lainnya dan dijatuhi hukuman 10 tahun penjara.

"Juri menemukan dalam kasus itu bahwa kejahatan tersebut merupakan hasil provokasi serius, yang merupakan faktor yang meringankan, tetapi bukan alasan bagi tindakan Shannon. Dia menyadari hal itu," kata Rittgers pada sidang hari Rabu. "Dia menghabiskan setiap hari dengan memikirkan kesalahannya itu. Dia akan berpikir tentang hal itu sepanjang hayatnya."

Namun, keluarga Takach khawatir dengan pembebasan lebih awal tersebut.

"Dia (Smith) tahu ketika melakukan hal itu bahwa itu akan menghancurkan orang-orang yang mencintainya. Dia menghancurkan masa depan anak-anaknya. Dia menghancurkan keluarganya," kata Todd di hadapan sidang. "Ini tidak adil."

"Dalam lima tahun, Bradyn akan berusia 15 tahun, Brooklynn akan berusia 13 tahun," tambahnya. "Mereka akan lebih tua dan lebih mampu untuk menangani situasi. Mereka takut padanya, dan saya tidak ingin mereka harus melalui hal itu."

Beberapa minggu lalu, Todd mengatakan kepada Bradyn bahwa ibunya sedang berusaha untuk keluar dari penjara.

"Saya tidak yakin dalam menjaga rahasia dari Bradyn," katanya. "Saya merasa perlu menceritakan kepadanya tentang ibunya mungkin dapat keluar dari penjara. Ketika saya mengatakan kepadanya, ia akhirnya menangis di pangkuan saya selama satu jam."

Bradyn mengatakan kepada Todd bahwa dia ingin berbicara dengan hakim.

Sebaliknya, pengadilan mendorongnya untuk menulis surat saja.

Surat itu, yang ditulis pada dua halaman kertas dan peroleh oleh The Washington Post, berisi kenangan Bradyn tentang ayahnya dan menyebutkan tentang kenangan baru yang akan dilakukan jika ayahnya "masih di sini".

"Saya pikir akan lebih baik bagi saya dan adik saya jika ibu saya tetap tinggal di penjara," tulisnya dalam surat itu, "Saya takut padanya karena saya telah melihat apa yang dia lakukan terhadap ayah saya."

Todd membaca surat itu dalam persidangan hari Rabu. Ketika ditanya apa kata hakim, Tod menjawab, "Tidak mengatakan apa pun."

Namun, pengacara Smith mengatakan, surat itu mengguncang kliennya.

"Dia menangis sepanjang sidang," kata Rittgers.

Namun, Rittgers mengatakan bahwa di hadapan keluarga Smith, Bradyn menunjukkan sentimen yang berbeda. "Dia jelas gugup, tetapi dia telah mengatakan kepada mereka dia senang melihat ibunya," kata Rittgers.

Ibu Smith, Wendy Geis, menulis bahwa satu-satunya bagian positif yang tersisa dari hubungan pasangan itu adalah anak-anak mereka.

"Saya tahu, tidak ada yang bisa dilakukan untuk mengubah apa yang terjadi pada hari mengerikan itu," tulis Geis. "Saya tidak percaya apa yang terjadi hari itu memang disengaja. Kami bukan hanya kehilangan Robbie pada hari itu, kami juga kehilangan bagian dari diri putri kami yang tidak akan pernah sama. Dia akan menanggung selama sisa hidupnya hari yang tragis itu."

Itulah hari yang Bradyn akan diingat selamanya, kata neneknya itu. "Dia mengingat hal itu," katanya. "Itu tertanam di otaknya. Di hatinya. Itu sesuatu yang tidak terlupakan baginya."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com