Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wanita Dijadikan Budak Seks di "Sejumlah Kamp Pemerkosaan" di Sudan Selatan

Kompas.com - 28/09/2015, 14:07 WIB

"Ketika salah seorang dari tentara itu ingin berhubungan seks, dia akan datang, melepaskan kami, dan membawa kami pergi. Ketika mereka selesai, mereka akan membawa kami kembali dan mengikat kami lagi," katanya, sambil meregangkan sikunya di belakang punggungnya untuk menunjukkan bagaimana dirinya diikat. Dia mengatakan, diperkosa oleh empat laki-laki dalam semalam merupakan hal biasa.

Perempuan yang menolak untuk bekerja atau melawan saat diperkosa pasti akan lenyap. "Pada pagi hari, kami mengetahui mereka telah hilang," katanya. Dari 40 orang yang tiba bersamanya pada April lalu, 10 orang hilang dengan cara ini.

Korban termuda berusia 12 tahun

Nyamai, seorang ibu berusia 38 tahun yang punya lima anak, diambil dari desanya di Kabupaten Koch. Dia selalu diawasi dan sering diikat. Sebanyak 10 tentara akan mengantre pada malam hari demi mendapat giliran untuk memerkosanya. "Tolong, satu orang saja yang berhubungan dengan saya, jangan semua," pintanya. Sebagai jawaban, dia dipukuli dengan tongkat.

Dalam sebuah kasus lain, tiga dari putri seseorang bernama Nyatuach belum menikah dan masih remaja ketika diculik pada Mei lalu dalam sebuah serangan ke desa mereka di Kabupaten Rubkona. Dua putrinya masih hilang, tetapi anaknya yang berusia 17 tahun berhasil melarikan diri bersama tiga keponakannya.

Mereka kembali dalam kondisi "sangat sakit, sangat kurus". "Tubuh mereka lemah, dan mereka mengeluarkan cairan yang berasal dari begitu banyak pria yang melakukan hubungan seksual dengan mereka," kata Nyatuach. Ia merujuk ke gejala umum fistula, sebuah kondisi buang air kecil tanpa sadar karena ada kerusakan di dinding antara vagina dan kandung kemih atau rektum, yang dapat disebabkan oleh pemerkosaan yang disertai kekerasan.

Sejumlah perempuan lainnya diperkosa berulang kali sampai mereka akhirnya dibebaskan atau dibunuh karena telah mengalami perdarahan dan tidak sanggup lagi.

"Ketika gadis-gadis itu rusak, mereka akan membuangnya," kata Nyatuach.

Rebecca, perempuan lainnya, bertemu lagi dengan putrinya yang berusia 12 tahun sehari setelah desa mereka di Kabupaten Koch diserang. "Ketika mereka membawa saya, orang-orang itu memanfaatkan saya," kata gadis itu kepada ibunya. Rebecca merebus air dan membasuh putrinya dengan kain panas.

"Kita tak bisa berbuat apa-apa," katanya kepada putrinya. "Begitulah keadaannya."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com