Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengakuan Seorang Gay yang Diburu ISIS ...

Kompas.com - 25/07/2015, 01:29 WIB

Beberapa tahun belakangan sangat sulit.

Pihak keamanan atau militer akan menangkap seseorang yang diduga gay, memperkosanya, menyiksanya. Terjadi banyak pembunuhan dibawah pengawasan militer.

Saya melihat sebuah video dimana sejumlah pria penyuka sesama jenis lehernya dijerat tali dan mereka diseret-seret di jalanan. Warga menimpuk mereka dengan bebatuan dan membakar mereka mati.

Sebelum ISIS berkuasa, mungkin status keluarga saya bisa melindungi saya. Namun tanpa ISIS pun ancaman terhadap hidup saya masih sangat serius, karena saya diketahui sebagai penyuka sesama jenis. Yang berbeda adalah sekarang media berfokus pada tindak-tanduk ISIS.

Dan ISIS pun merekam semua aktivitas mereka dan mengatakan, “Kami membunuh para penyuka sesama jenis ini dengan hukuman sesuai buku suci.”

ISIS sangat profesional melacak kaum gay. Mereka menelusuri semua satu persatu. Ketika ditangkap, mereka menyisir informasi ponsel dan Facebooknya. Dan ini seperti efek domino. Bila satu ditangkap, yang lain akan ditangkap juga.

Sangat menghancurkan melihat reaksi publik terhadap pembunuhan-pembunuhan itu. Anda harus melihat komentar Facebook setelah ISIS mengunggah video pembantaian orang gay, “Kami benci ISIS namun bila mereka melakukan ini kami mencintai mereka. Tuhan meridhoi ISIS.”

Lalu ada yang berkomentar, “Saya menentang ISIS namun mendukung mereka membunuh kaum gay.”

“Kejahatan terburuk di dunia adalah homoseksualitas. Kerja bagus oleh ISIS.”

Dan terdapat ribuan orang yang setuju dengan komentar-komentar penuh kebencian itu.

Itulah yang sangat menganggu. Itulah komunitas yang saya tinggalkan.

Islam menentang homoseksualitas. Ayah membuat saya belajar hukum Syariah selama enam tahun.

Terdapat sebuah hadith yang mengatakan pria penyuka sesama jenis harus dilempar dari jurang dan kemudian merupakan keputusan hakim atau khalifah apakah dia harus dibakar atau dirajam.

Saya pikir tindakan ISIS melemparkan pria gay dari gedung itu karena mereka tahu kami dibenci masyarakat dan mereka menggunakan itu untuk menggalang dukungan.

Saya mencoba tidak menonton video ISIS. Namun saya suka mencari video dimana mereka mati syahid, untuk mencari Omar, pria yang menghancurkan hidup saya.

Saya mengkhawatirkan pria-pria gay disana. Saya memiliki lusinan teman-teman yang tidak mampu meninggalkan Irak.
Namun setelah kematian teman saya itu, saya berpamitan dengan mereka semua dan memblokir mereka, untuk keamanan mereka sendiri.

Saya menceritakan ini untuk mengenang teman saya yang dibunuh – dan untuk pria-pria gay lainnya yang masih di Irak.

Saya ingin masyarakat Irak melihat kami sebagai manusia, kami bukan kriminal. Kami memiliki perasaan dan jiwa. Jangan membenci kami hanya karena kami berbeda.

Saya beruntung bisa keluar. Namun bagaimana nasib mereka nanti? Apakah mereka bisa bertahan hidup? Dan bila bisa, apakah mereka bisa pulih dari trauma karena dikejar-kejar?

Ini adalah bencana. Mereka semua menjadi target.

Taim menceritakan kisahnya kepada Caroline Hawley dari BBC. Taim bukanlah nama aslinya, dan Omar juga bukan merupakan nama asli penyiksanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com