Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Tewas Gempa Nepal Sudah Capai 3.200 Orang

Kompas.com - 27/04/2015, 14:27 WIB
KATHMANDU, KOMPAS.com — Tim penyelamat internasional dan pasokan bantuan mulai berdatangan di ibu kota Nepal yang hancur, Kathmandu, Senin (27/4/2015), untuk membantu para korban selamat yang ketakutan dan kehilangan rumah akibat gempa yang menewaskan lebih dari 3.200 orang di negara miskin itu.

Para tim penyelamat mendarat hampir sepanjang hari di satu-satunya bandara internasional di negara itu yang terletak di pinggiran kota Kathmandu, ibu kota yang biasanya hidup, tetapi kini hancur akibat gempa berkekuatan 7,8 SR pada Sabtu lalu. Mereka dilengkapi peralatan berat dan anjing pelacak.

Sejumlah pejabat mengatakan, lebih dari 3.300 orang diketahui telah tewas akibat gempa itu, termasuk 3.218 orang di Nepal. Jumlah itu membuat bencana tersebut tergolong yang paling mematikan di negara Himalaya yang rawan gempa itu selama lebih dari 80 tahun terakhir. Namun, jumlah korban tewas diperkirakan akan terus bertambah karena daerah-daerah terpencil masih belum sepenuhnya terjangkau dan jaringan komunikasi di negara itu terputus.

Sekitar 90 orang tewas di negara-negara tetangga, termasuk setidaknya 67 orang di India dan 20 orang di China.

Gempa tersebut juga telah memicu longsoran di Gunung Everest yang menguburkan sebagian dari base camp dan menewaskan sedikitnya 18 orang. Sejumlah gempa susulan memicu longsoran baru sana hari Minggu, bahkan saat sejumlah helikopter sedang mengevakuasi beberapa orang yang menderita luka paling parah akibat gempa sehari sebelumnya.

Ratusan pendaki gunung warga asing telah berkumpul di gunung tertinggi di dunia itu pada awal musim pendakian tahunan, dan skala bencana di sana sesungguhnya tidak dapat diketahui karena jaringan komunikasi semuanya terputus.

Puluhan ribu warga di Kathmandu, yang telah kehilangan rumah dan masih trauma, menghabiskan malam dengan tidur di jalanan, di tenda-tenda darurat yang terbuat dari terpal plastik. Tenda-tenda darurat itu bisa sedikit melindungi mereka dari hujan berat sepanjang malam.

Banyak dari mereka tidak bisa tidur dan mengalami malam yang menyengsarakan karena gempa susulan masih sering terjadi. "Kami tidak punya pilihan, rumah kami goyah. Hujan merembes, tetapi apa yang bisa kami lakukan?" kata Rabi Shrestha, seorang penjaga toko berusia 34 tahun, saat ia berkemah di pinggir jalan. "Saya tidak tahu mengapa para dewa ingin kami menderita seperti ini."

Pemerintah Nepal mengatakan, pihaknya sedang meningkatkan upaya untuk membantu daerah-daerah terpencil yang lebih dekat dengan pusat gempa. "Fokus kami adalah penyelamatan," kata Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri, Laxmi Prasad Dhakal, kepada kantor berita AFP.

Ketika mengumumkan jumlah korban tewas terbaru di Nepal, seorang pejabat tinggi bidang bencana mengatakan bahwa para kru darurat juga akan meningkatkan upaya mereka untuk menyelamatkan mereka yang masih terjebak di bangunan bertingkat tinggi. "Upaya kami hari ini juga akan difokuskan pada menemukan para korban di daerah di mana gedung-gedung besar telah runtuh," kata Rameshwor Dangal, yang mengepalai divisi manajemen bencana nasional kementerian perumahan.

Menara Dharahara, menara bersejarah yang terdiri dari sembilan lantai dan merupakan daya tarik utama wisatawan, termasuk di antara gedung-gedung yang roboh di Kathmandu pada hari Sabtu. Polisi mengatakan, sekitar 150 orang diduga berada di menara itu saat bencana terjadi. Perkiraan itu berdasarkan hasil penjualan tiket. "Setidaknya 30 mayat telah ditarik keluar. Kami tidak punya jumlah mereka yang telah diselamatkan tetapi lebih dari 20 orang yang terluka telah ditarik keluar," kata Bishwa Raj Pokharel, pejabat polisi setempat, kepada AFP. "Kami belum menyelesaikan pekerjaan kami di sana. Pekerjaan penyelamatan masih terus berlanjut. Sekarang, kami tidak dalam posisi untuk memperkirakan berapa banyak orang yang mungkin masih terjebak."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com