Hakim Jerry Baxter mengatakan ke-10 tenaga pendidik yang mencakup penilik, kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha, dan koordinator ujian itu bersalah karena sengaja mengubah jawaban ujian agar kemampuan murid tampak meningkat.
Apabila kemampuan murid menunjukkan perkembangan signifikan, hal ini praktis berdampak pada bonus dan penghasilan mereka.
“Ini hal paling menjijikkan yang pernah terjadi di kota ini,” kata hakim Baxter.
Penjara
Sebanyak tiga dari 10 terdakwa divonis 20 tahun penjara dengan rincian tujuh tahun mendekam di bui, sedangkan sisanya di luar penjara.
Ketiga figur yang menjabat penilik sekolah itu juga harus bekerja sebagai pelayan publik selama 2.000 jam tanpa dibayar dan denda sebesar 25 ribu dollar AS.
Lima tenaga pendidik, yang mencakup kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan guru-guru, divonis lima tahun penjara dengan rincian mendekam satu hingga dua tahun di bui dan sisanya di luar bui.
Mereka juga harus bekerja sebagai pelayan publik selama 1.000 hingga 1.500 jam tanpa dibayar dan denda yang berkisar antara 1.000-5.000 dollar.
Kemudian dua orang divonis lebih ringan karena mereka mengaku bersalah. Salah satunya menjalani kurungan penjara hanya pada akhir pekan selama enam bulan, bekerja di sektor layanan publik selama 1.500 jam tanpa dibayar, dan didenda 5.000 dollar.
Seorang lainnya menjadi tahanan rumah dari pukul 19.00 hingga 07.00 selama satu tahun, bekerja sebagai pelayan publik selama 1.000 jam, dan denda 1.000 dollar.
Figur ke-11, yang berstatus mantan guru, mendapat penundaan vonis karena baru melahirkan pada akhir pekan lalu. Dia akan disidang pada Agustus mendatang.
Kejanggalan
Kasus pemalsuan hasil ujian di Negara Bagian Atlanta dimulai pada 2009, ketika wartawan surat kabar The Atlanta Journal-Constitution mencium keganjilan dalam nilai ujian murid-murid sejumlah sekolah yang menunjukkan hasil dramatis.
Kejanggalan tersebut kemudian dituangkan dalam serangkaian artikel.
Gubernur Atlanta, Sonny Perdue, lalu memerintahkan jajarannya memulai investigasi menyeluruh.
Hasil laporan, yang rampung pada 2011, menyimpulkan bahwa sedikitnya 44 sekolah terlibat dalam penyimpangan yang terorganisasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.