Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Balita Diperkosa, Afganistan Terguncang

Kompas.com - 21/11/2014, 13:50 WIB
KOMPAS.com — Lemah dan membisu, bocah bernama Neelofar, tiga tahun, terbaring di pelukan neneknya di bangku belakang sebuah taksi yang melaju kencang menuju ibu kota Afganistan, Kabul.

Sebuah tabung plastik masih menempel di tubuhnya. Satu tangan dibalut perban bekas selang infus yang dipasang untuk menyelamatkan nyawanya.

Neelofar berada dalam kondisi kritis setelah diperkosa. Ia membutuhkan perawatan medis khusus yang hanya terdapat di ibu kota.

Taksi itu melintasi jalan berliku di pegunungan, dan menempuh delapan jam perjalanan dari Salang ke Kabul.

Beberapa hari sebelumnya, gadis kecil itu sedang bermain dengan teman-temannya di depan rumahnya. Setelah itu, seorang pria menggendongnya dan membawanya ke kebun.

Menurut keluarga dan staf medis, pria itu membekap mulutnya, memerkosanya, dan kemudian berusaha membunuhnya.

"Pria itu berusaha membekapnya dan berusaha mencabut nyawa Neelofar karena ia (pria tersebut) merasa takut," kata Monija, dokter yang merawat anak balita tersebut setelah serangan itu. "Ada tanda bekas kekerasan di lehernya."

Perjalanan sang ayah

Ibu dan ayah Neelofar saat itu sedang tidak di rumah. Menurut keluarga, setelah kejadian, seorang lelaki lain melewati kebun itu dan mendengar suara. Ia menemukan Neelofar berdarah, dan membawanya ke masjid desa.

Polisi kemudian menangkap pemuda berusia 18 tahun terkait kasus itu. Ia diduga merupakan tetangga korban dan mengenal keluarga Neelofar.

Pada saat kejadian, ayah Neelofar, Abdul, sedang menempuh perjalanan selama delapan hari ke kota Bandar Abbas di Iran untuk mencari kerja.

Ia mendapat kabar dari rekannya tentang insiden itu, dan kemudian kembali pulang ke Kabul. Separuh jalan ditempuhnya dengan berjalan kaki.

Lelah, lapar, dan haus karena sudah berhari-hari tidak makan, ia mengatakan kepada BBC bahwa hidup anak perempuannya telah berakhir.

Di lingkungan masyarakat yang didominasi lelaki, korban pemerkosaan akan diasingkan dan dianggap pelacur. Pernikahan tidak mungkin terjadi, dan keluarga diliputi rasa malu.

Namun, Abdul khawatir bahwa polisi tidak akan mengusut kasus ini karena keluarganya miskin.

"Presiden tidak mendengarkan orang miskin dan yang tidak punya uang," kata Abdul.

"Jika pemerintah tidak memberikan hak saya berdasarkan hukum Syariah dan hukum Afganistan, saya akan membawa enam anak saya yang lain dan membunuh mereka di depan istana presiden, dan saya akan meninggalkan Afganistan. Istri dan ibu saya juga mengatakan akan bunuh diri."

Tinggal di panti asuhan

Sementara itu, setelah perjalanan panjang dan melelahkan dari desanya ke ibu kota, Neelofar kini dirawat di rumah sakit modern khusus anak, dan mendapat perhatian penuh. Dokter berharap, ia dapat pulih dan sehat kembali.

Namun, ia kemungkinan tidak akan kembali lagi ke desa karena stigma sebagai korban pemerkosaan.

Bila ia pulih kelak, ia bisa tinggal di salah satu panti asuhan tempat korban-korban pemerkosaan dibesarkan dan mendapat pendidikan.

Seorang anak perempuan di panti asuhan di Kabul sangat senang belajar dan bercita-cita ingin menjadi dokter. Ia adalah satu-satunya anak perempuan dari desanya yang pernah belajar menulis dan membaca.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com