Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/10/2014, 02:44 WIB
|
EditorHindra Liauw
HONGKONG, KOMPAS.com — Pemimpin unjuk rasa di Hongkong mengatakan, pada Senin (6/10/2014) kemarin, mereka sepakat untuk melakukan pembicaraan dengan pemerintah. Saat ini, jumlah peserta demonstrasi semakin menyusut, dan mereka menghadapi dan tekanan untuk mengakhiri aksi yang mereka lakukan.

Puluhan ribu pengunjuk rasa telah menarik diri pada Minggu malam, setelah pemimpin eksekutif Hong Kong Leung Chun-ying meminta massa segera meninggalkan jalan-jalan di kota, sehingga kantor-kantor pemerintahan dapat dibuka kembali.

Banyak dari pengunjuk rasa yang mengindahkan peringatan tersebut. Namun, ratusan lainnya, yang kelelahan karena berunjuk rasa, tetap berada di lokasi utama unjuk rasa di pusat kota Admiralty. Ratusan pengunjuk rasa lainnya juga tetap bertahan di sepanjang  pelabuhan di Mongkok.

Seorang mahsiswa pemimpin unjuk rasa membantah aksi unjuk rasa yang mereka lakukan terkait pemilihan umum langsung telah kehilangan momentum. Ia mengatakan, mereka akan tetap berada di jalan-jalan, meskipun pembicaraan dengan pemerintah tetap dilakukan pada pekan ini.

Tetapi, Leung telah mengeluarkan peringatan lain untuk membubarkan massa. Bahkan, Leung memerintahkan agar massa sesegera mungkin meninggalkan distrik Mongkok, yang sebelumnya telah terjadi bentrokkan.

“Untuk mencegah terjadinya kekerasan dan mengurangi jumlah korban, polisi akan mengambil tindakan pada waktu yang tepat,” ujar Leung dalam sebuah pidato di salah satu stasiun televisi. Saat itu, ia menggambarkan situasi yang beresiko tinggi tersebut.

Para pengunjuk rasa yang menyuarakan gagasan dengan terorganisir tersebut telah mendapat dukungan yang sangat kuat dari publik.  Rasa simpati juga semakin timbul saat kepolisian menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa. Namun, setelah mereka menutup kota selama lebih dari satu pekan, gangguan mulai timbul.

Hari senin, seluruh aktivitas jalan raya, lalu lintas, dan kereta bawah tanah menjadi tersendat. Para pengguna transportasi yang frustasi, berjuang keras untuk dapat mencapai dan meninggalkan tempat kerja. Rute bus dibatalkan, dan terdapat pengalihan jalan.

“Mereka harus membiarkan mobil untuk melintas, sesegera mungkin. Mereka memblokir jalan,”kata Michael (25), kepada AFP, saat ia melakukan perjalanan menggunakan trem.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com