Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suka Duka Penerima Beasiswa Dikti Taufiq Amir di Perth

Kompas.com - 17/09/2014, 14:27 WIB

“Padahal teman saya sudah cek di Dikti, dan ketika hal itu terjadi, kita tidak bisa komunikasi. Seinget saya dulu mereka belum ada fasilitas ‘uploadonline, itu baru ada 2011. Akhirnya waktu itu saya kirim email ke alamat-alamat yang saya punya, ke Kopertis, ke Dikti, intinya memastikan bagaimana nasib dokumen saya dan apa yang saya harus lakukan,” ceritanya.

Ia meneruskan, “Kebayang nggak kita di sana waktu hal itu terjadi, ya cemas-lah, soal living cost dan yang paling memberatkan ya soal tuition fee, tapi kalau kita didukung kampus asal, mereka bisa kirim surat yang menyatakan kalau kita ada sponsor.”

Taufiq tak membantah, keadaan bisa menjadi rumit manakala mahasiswa penerima beasiswa mendaftar di kampus tempat studi atas nama pribadi.

“Masalahnya ada juga teman-teman yang datang dan mendaftar di kampus sana sebagai pribadi, bukan atas sponsor, akhirnya kalau hal seperti itu terjadi kampus sana minta jaminan,” utaranya.

Selama 3,5 tahun menempuh pendidikan doktoral di Perth, Taufiq merasakan betul perjuangan seorang mahasiswa yang menggantungkan hidup pada dana beasiswa.

Tapi ia mengaku sangat bersyukur dengan dukungan kampus asal yang diterimanya. Ia mengaku, tiap kali ada keterlambatan dari pihak Dikti, kampus asalnya selalu pasang badan.

“Saya praktis nggak mengalami kepusingan yang luar biasa, seperti yang dialami teman-teman, tapi ya memang pencairan beasiswa bergeser 3-4 bulan, begitu pula di tahun-tahun berikutnya” katanya kepada ABC.

Ia pun menambahkan, “Menurut saya, kampus asal harusnya merasa aman untuk mendukung tiap mahasiswanya yang mendapat beasiswa Dikti dengan adanya guarantee letter yang diberikan, kan itu ditanggung negara.”

Belum lagi, menurut Taufiq, peluang bekerja sampingan di Australia cukup besar.

“Apalagi kalau soal living cost, seharusnya tidak menjadi masalah, karena mahasiswa di sana bisa bekerja. Kalau doktoral bisa sampai 40 jam per minggu seingat saya. Itu setidaknya bisa menutup sementara,” jelasnya.

Ketika ditanya apakah ia pernah diminta menandatangani cek kosong seperti yang santer diberitakan, Taufiq pun menjawabnya dengan gelengan kepala.

“Kalau itu pernah terjadi, mungkin pada waktu mahasiswa hendak kembali ke tanah air dan meminta jatah tiket pulang, tapi saya sendiri tidak pernah mengalami seperti itu,” ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com