Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Natal 1914, Dalam Novel, Kenyataan, dan Pertandingan Bola

Kompas.com - 27/11/2013, 11:00 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

KOMPAS.com — "[...] Apa yang dilihatnya benar-benar membuat matanya terbelalak. Semua prajurit ada di no man's land. Namun, mereka tidak sedang bertempur, melainkan berkelompok sambil berbincang.

Ada yang aneh dengan pemandangan di depan matanya. Setelah beberapa saat dia tersadar bahwa beberapa seragam di sana berwarna khaki dan beberapa lainnya abu-abu biru.

Para prajurit sedang berbincang dengan musuh [...]"


Kutipan di atas merupakan situasi pada pagi hari 24 Desember 1914, di garis depan Perang Dunia I. Area yang disebut sebagai no man's land adalah area kosong yang memisahkan dua parit pertahanan dari kubu berlawanan. No man's land membentang 400 yard, sekitar 365 meter.

Penggalan di atas adalah beberapa baris kalimat di novel karya Ken Follet yang berjudul Fall of Giants. Itu adalah pemandangan pagi dari parit pertahanan Sekutu di St Omer, tak jauh dari Calais, Perancis, lokasi awal pertempuran menentukan dalam Perang Dunia I.

Di dunia nyata, peristiwa menjelang Natal 1914 itu ternyata benar-benar ada. Bahkan, ada inisiatif membuat peringatan khusus untuk jeda spontan di garis depan dari salah satu perang paling besar dalam sejarah modern tersebut.

Mengulang pertandingan Natal 1914

Selasa (26/11/2013), Menteri Olahraga Perancis Valerie Fourneyron menyatakan telah meminta mitranya di Uni Eropa untuk membuat semacam pertandingan bola yang khusus didedikasikan untuk mengenang peristiwa di antara dua parit pada Natal 1914 itu.

Sejarah mencatat bahwa pada pagi 24 Desember 1914, di lokasi yang digambarkan novel itu, ada pertandingan bola dadakan antara pasukan Jerman dan pasukan Sekutu.

Merujuk pada novel Follet, seragam berwarna khaki adalah pakaian pasukan tentara Sekutu. Adapun pasukan Jerman adalah pemilik seragam yang dalam novel itu disebut sebagai "berwarna serupa kabut", abu-abu biru.

Sehari menjelang Natal pada 1914 dicatat sejarah sebagai gencatan senjata spontan di antara dua parit pertahanan di garis depan. "Ini adalah saat yang besar (bagi) persaudaraan (manusia), yang sekarang ingin kami tambahkan dimensi politik," kata Fourneyron, menjelang pertemuan dengan koleganya dari 27 negara Uni Eropa di Brussels, Belgia, seperti dikutip dari AFP.

Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) sudah pula mengusulkan bahwa peristiwa di antara dua parit pertahanan pada pagi menjelang Natal 1914 itu harus dihidupkan kembali. Organisasi yang sekarang dipimpin maestro bola dari Perancis, Michel Platini, mengusulkan "pertandingan ulang" sebagai bagian dari peringatan 100 tahun Perang Dunia I.

Perang Dunia I dicatat sebagai salah satu perang paling mematikan dalam sejarah modern. Peristiwa di antara dua parit menjelang Natal 1914 ini menjadi istimewa karena situasi saat itu sedang hot-hot-nya, kalau memakai istilah hari ini. Perang Dunia I dimulai pada 28 Juli 1914.

Bola, bahkan di tengah perang

Dipicu pembunuhan seorang Pangeran Austria, Perang Dunia I baru berakhir pada 11 November 1918. Paling tidak 9 juta orang di Eropa atau 40 juta orang di seluruh dunia diperkirakan tewas karenanya.

Perang Dunia I telah mengubah tatanan politik dunia setelah memicu rentetan perang di seluruh dunia yang melibatkan hampir seluruh kekuatan yang ada saat itu. Perang ini dituding pula sebagai salah satu pangkal Depresi Ekonomi Hebat pada 1929 hingga 1930-an.

"Beberapa negara sudah menyatakan mendukung ide (pertandingan) ini, dan Pemerintah Belgia mengatakan bersedia menggelar pertandingan itu," kata Fourneyron. Pertandingan direncanakan berlangsung di daerah di sekitar desa kecil Ypres, kini masuk wilayah Belgia.

Catatan mengenai perang di Ypres pada 1914 memang masih berbeda-beda, tergantung dari versi sejarah negara mana. Misalnya, versi Perancis menyebut perang di Ypres berlangsung pada 19 Oktober sampai 13 November 1914.

Sementara itu, Inggris mencatat perang itu berlangsung sampai 22 November 1914. Jerman bahkan menyebutkan perang Ypres pada 1914 baru usai pada 30 November. Namun semua catatan sepakat, di Ypres pernah terjadi salah satu perang paling sia-sia dan termahal dalam sejarah modern.

Tentu, menghidupkan pertandingan bola pada Natal 1914 bukan untuk membawa kembali perang dalam kenyataan hari ini. Seperti kata Fourneyron, yang harus dikenang lewat usul pertandingan ulang adalah bahwa dalam salah satu perang paling sadis pun, dua kubu yang berseberangan bisa sesaat meletakkan senjata secara spontan untuk menghormati satu hari raya.

"[...] Ia melihat dua orang sersan, satu Inggris dan satu lagi Jerman, sedang bercakap-cakap serius. Ia menepuk bahu si sersan Inggris. 'Kau!' katanya. 'Apa yang sedang kau lakukan?'

'Saya tidak tahu bagaimana tepatnya ini bisa terjadi, Pak. Beberapa jerrie memanjat parit mereka, tidak bersenjata, dan berteriak 'Selamat Natal!' kemudian salah seorang dari kita juga melakukan hal yang sama. Mereka lalu mulai saling mendekat dan tahu-tahu semua orang melakukannya.' Jerrie adalah sebutan pasukan Inggris untuk pasukan Jerman.

'Tapi tidak ada satu pun orang di parit!' kata Fitz dengan marah. 'Tidakkah kau sadar ini bisa saja tipuan?'

Si Sersan memandang ke kanan dan ke kiri. 'Tidak, Pak. Kalau boleh jujur, menurut saya ini bukan tipuan,' katanya tenang. Orang itu benar. Bagaimana mungkin musuh mengambil keuntungan dari fakta bahwa garis depan kedua pasukan telah berteman?

[...]

'Demi Tuhan,' kata Fitz, lalu meninggalkan mereka [...]"


Kembali dari penggalan novel Follet, yang dari judulnya pun sudah terkesan sengaja ditulis sebagai sejarah dalam tulisan populer dengan kemasan fiksi, barangkali pesan apa yang ingin dikenang dari usul pertandingan ulang itu lebih gampang dicerna. Penggalan di atas dapat ditemukan pada halaman 366 di versi terjemahan.

Fourneyron mengusulkan pertandingan ulang digelar pada Desember 2014. Menurut dia, pertandingan akan pas digelar bersamaan dengan KTT para pemimpin Uni Eropa yang diagendakan pada bulan tersebut. Apakah pertandingan ini bisa terealisasi? Kita lihat saja, apakah hati para serdadu lebih terbuka daripada kita yang mengaku hidup di zaman merdeka, ataukah memang nurani manusia pada dasarnya bicara sama....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com