Salin Artikel

Mengapa Israel Sangat Bertekad untuk Menyerang Rafah

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu telah menegaskan, Israel tidak bisa mencapai tujuannya yaitu “kemenangan total” melawan Hamas tanpa pergi ke Rafah.

Israel telah menyetujui rencana yang dirancang militernya untuk serangan tersebut. Namun dengan adanya 1,4 juta warga Palestina yang mengungsi di Rafah, sekutu Israel, termasuk Smerika Serikat (AS), menuntut perhatian yang lebih besar terhadap warga sipil jika seragan itu terjadi.

Sebagian besar warga Palestina terpaksa mengungsi akibat pertempuran di wilayah-wilayah lain di Gaza dan tinggal di tenda-tenda yang padat, memenuhi tempat penampungan yang dikelola Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), atau apartemen yang penuh sesak.

Netanyahu mengirim delegasi ke Washington untuk menyampaikan rencananya terkait serangan ke Rafah kepada pemerintah AS.

Mengapa Rafah Begitu Penting?

Sejak Israel menyatakan perang terhadap Hamas sebagai respons terhadap serangan mematikan kelompok itu ke wilayah Israel selatan pada 7 Oktober 2023, Netanyahu mengatakan, tujuan utamanya dalam perang tersebut adalah menghancurkan kemampuan militer Hamas.

Israel mengatakan, Rafah merupakan benteng besar terakhir Hamas di Jalur Gaza. Menurut militer Israel, berbagai operasi mereka di tempat lain telah membubarkan 18 dari 24 batalion kelompok militan tersebut.

Namun bahkan di Gaza utara, yang menjadi target pertama serangan Israel, Hamas telah berkumpul kembali di beberapa daerah dan terus melancarkan serangan. Contoh paling baru adalah di Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza bagian utara. Empat bulan lalu, tentara Israel menyerbu rumah sakit tersebut. Alasannya, rumah sakit itu telah menjadi pusat operasi Hamas. Pada minggu lalu, tentara Israel kembali terlibat baku tembak sengit di rumah sakit itu. Militer Israel mengatakan, anggota Hamas telah berkumpul kembali di tempat itu.

Israel mengatakan, Hamas memiliki empat batalion di Rafah dan mereka harus mengirimkan pasukan darat untuk melumpuhkan batalion Hamas yang tersisa tersebut. Beberapa anggota senior Hamas mungkin juga bersembunyi di kota itu.

Mengapa Banyak Pihak Menentang Rencana Israel?

AS telah mendesak Israel untuk tidak melakukan operasi tersebut tanpa rencana yang “dapat dipercaya" untuk mengevakuasi warga sipil. Mesir, mitra strategis Israel mengatakan, tindakan apapun untuk mendorong warga Palestina masuk ke wilayah Mesir akan mengancam perjanjian perdamaian yang telah berumur empat dekade dengan Israel.

Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan mengatakan, Presiden AS, Joe Biden, telah berbicara dengan Netanyahu untuk tidak melakukan operasi di Rafah.  Pembicaraan Biden dengan Netanyahu dilakukan melalui telepon pada minggu lalu. Sullivan juga mengatakan, AS sedang mencari “pendekatan alternatif” yang tidak melibatkan invasi darat.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, yang melakukan kunjungan keenamnya ke wilayah tersebut sejak perang Hamas-Israel dimulai, menegaskan kembali kekhawatiran itu dalam sebuah wawancara dengan Al-Hadath TV di Arab Saudi pada Rabu lalu.

“Presiden Biden sudah sangat jelas bahwa kami tidak dapat mendukung operasi darat besar-besaran, operasi militer di Rafah,” kata Blinken.

Dia mengatakan, tidak ada cara yang efektif untuk memindahkan 1,4 juta orang ke tempat yang aman dan mereka yang tetap tinggal “akan berada dalam bahaya besar".

Israel Tampaknya Tidak Akan Mengirim Pasukan Segera

Netanyahu mengatakan, dia mengirim delegasi ke Washington “untuk menghormati” Biden. Namun dalam sebuah pernyataan pada Rabu lalu, dia mengatakan dirinya telah mengatakan kepada Biden bahwa Israel “tidak tuntas kemenangannya” tanpa memasuki Rafah.

Meskipun terjadi perundingan yang alot, Israel tampaknya belum akan mengirim pasukan ke Rafah. Kecil kemungkinannya operasi tersebut akan dilakukan selama Ramadhan, yang berakhir sekitar tanggal 9 April mendatang. 

Hal ini mungkin juga terkait dengan upaya yang sedang berlangsung untuk menengahi gencatan senjata sementara. Para mediator dari Qatar mengatakan, perundingan itu akan terhambat jika terjadi invasi ke Rafah.

Ada juga kekhawatiran terkait logistik.

Militer Israel mengatakan, pihaknya berencana untuk mengarahkan warga sipil ke “pulau kemanusiaan” di Gaza tengah jelang serangan yang direncanakan itu. Netanyahu mengatakan pada pekan lalu bahwa rencana evakuasi itu belum disetujui.

https://internasional.kompas.com/read/2024/03/25/144944370/mengapa-israel-sangat-bertekad-untuk-menyerang-rafah

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke