Salin Artikel

Melihat Sikap Biden dan Trump Terkait Konflik Israel-Palestina

Ketika kandidat partai sudah terpilih, orang yang terpilih tersebut akan bersaing dengan kandidat dari partai lain di pemilihan umum.

Sejauh ini belum ditetapkan siapa calon dari masing-masing partai. Namun hasil polling sementara menunjukkan, Donald Trump kemungkinan besar akan kembali maju mewakili Partai Republik. Di sisi lain, Joe Biden juga memiliki kemungkinan besar untuk kembali ke pemilu mewakili Partai Demokrat.

Hasil pemilu AS akan sangat krusial untuk kawasan seperti Timur Tengah, terutama terkait konflik Israel-Palestina. AS punya peran besar dalam konflik itu.

Jajak pendapat terbaru YouGov mengungkapkan, lebih dari 50 persen warga AS menginginkan pemerintahan Presiden Joe Biden berhenti mengirim senjata ke Israel sampai Israel menghentikan serangannya di Jalur Gaza.

“Sebanyak 50 persen warga Amerika setuju bahwa pemerintah AS harus menghentikan pengiriman senjata ke Israel sampai mereka menghentikan serangannya di Gaza,” kata Pusat Penelitian Kebijakan dan Ekonomi (CEPR), Selasa (5/3/2024), yang mengutip jajak pendapat YouGov.

Menurut CEPR, jajak pendapat itu mengungkapkan bahwa 62 persen responden yang memilih Presiden Biden pada 2020 setuju dengan pernyataan ‘AS harus menghentikan pengiriman senjata ke Israel sampai mereka menghentikan serangannya melawan rakyat Gaza'.

"Hanya 14 persen tidak setuju," kata CEPR.

Sebaliknya, hanya 30 persen pemilih Donald Trump yang mendukung penghentian pengiriman senjata AS, sementara mayoritas (55 persen) menentang dan 15 persen lainnya mengaku tidak yakin.

Jajak pendapat itu dilakukan pada 27 Februari sampai 1 Maret.

Menurut sejumlah laporan media, AS telah memasok 21.000 amunisi yang memandu ke sasaran tepat untuk Israel sejak Oktober. Jenis amunisi dan senjata lainnya mencakup puluhan ribu peluru artileri berukuran 155 mm, ribuan amunisi penghancur bunker dan 200 drone kamikaze.

Sikap Biden dan Trump

Minggu lalu, Negara Bagian Michigan menarik perhatian publik karena besarnya angka yang memilih “uncommitted” atau “tidak terikat” pada pemilihan pendahuluan untuk Partai Demokrat. Mereka yang memilih opsi ini tak lain adalah para aktivis yang tidak setuju dengan bagaimana Biden menangani situasi di Gaza.

Walau saat ini polling pemilihan pendahuluan Biden mengarah kepada kemenangan, Biden tetap harus waspada saat pemilu November nanti.

AS merupakan rumah bagi banyak etnis dan agama di dunia. Cara Biden menangani konflik Israel-Palestina sejauh ini menarik banyak perhatian dari berbagai komunitas di AS. Menurut laporan Reuters, di Michigan sendiri, para pemilih “tidak terikat” mayoritas datang dari komunitas Arab-Amerika dan Demokrat progresif.

Cara Biden menangani konflik Israel-Palestina dinilai kontroversial oleh banyak orang, bahkan oleh komunitas internasional. Biden dinilai telah mendukung pihak yang salah dan mendukung genosida. Tidak hanya Biden membantu Israel dari segi militer, Biden juga membantu membela Israel di diskusi organisasi internasional dengan hak veto.

Bagaimana dengan Trump? Warga Israel sangat mengagumi Trump. Seorang peneliti senior Carnegie Endowment for International Peace, Aaron David Miller mengatakan, Israel mungkin hanya satu-satunya negara di dunia yang lebih memilih Trump dibandingkan Joe Biden terkait kebijakan luar negeri.

Alasannya cukup mudah untuk diidentifikasi. Trump merupakan satu-satunya presiden AS modern yang mengunjungi Israel dalam perjalanan luar negerinya yang pertama. Trump juga merupakan presiden AS pertama yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan bahkan hingga membuka kedutaan besar di sana.

Trump juga presiden AS pertama yang mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah Israel yang berdaulat dan merupakan presiden AS pertama yang berdoa di Tembok Barat di Yerusalem.

Trump juga berkali-kali mengklaim bahwa dia adalah presiden AS yang paling pro-Israel sepanjang sejarah. Salah satunya terungkap dalam unggahannya di Truth Social (platform media sosial milik Trump) pada Oktober 2022.

“Tidak ada Presiden yang telah melakukan lebih banyak untuk Israel daripada saya,” unggah Trump.

Walau dahulu mengklaim dirinya sebagai presiden yang paling pro-Israel, namun Stephen Collinson, yang menganalisis untuk CNN, mengemukakan bahwa pendekatan politik Trump sebenarnya hanya seputar dirinya sendiri.

Pada kampanye rapat umum di 11 Oktober tahun lalu, Trump mengkritik Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan memuji kelompok militan Hizbullah sebagai "sangat cerdas.”

Trump juga mencari keuntungan politik dari serangan Hamas yang menewaskan 1.200 orang pada 7 Oktober lalu dengan menyatakan bahwa jika pemilu terakhir tidak "dicurangi," dia akan menjadi presiden AS dan serangan Hamas itu tidak akan pernah terjadi.

Komentar Trump menuai banyak kritik, salah satunya dari juru bicara Gedung Putih, Andrew Bates.

“Kami benar-benar bingung mengapa ada orang Amerika yang memuji organisasi teroris yang didukung Iran sebagai organisasi yang ‘cerdas’. Atau keberatan dengan peringatan Amerika Serikat kepada teroris untuk tidak menyerang Israel. Apalagi saat ini Israel sedang melakukan perlawanan terhadap salah satu tindakan pembunuhan massal terburuk dalam sejarah negara tersebut. Ini adalah waktu bagi kita semua untuk berdiri bahu-membahu dengan Israel melawan ‘kejahatan yang tidak dipalsukan’. Itulah yang dilakukan Presiden sebagai panglima tertinggi,” ungkap Bates.

Pada pemilu 2020, Trump mengkritik Netanyahu karena memuji Biden sebagai presiden terpilih. Namun, satu hari setelah mengkritik Netanyahu, Trump justru mengeluarkan pernyataan yang menegaskan bahwa “tidak ada teman atau sekutu Israel yang lebih baik” selain dia. Dia menuduh Presiden Joe Biden lemah dan tidak kompeten.

“Dengan kembalinya Presiden Trump menjabat, Israel, dan semua orang lainnya, akan aman kembali!”

Keesokannya lagi, Trump mengunggah dalam akun Truth Social-nya: “#IStandWithIsrael #IStandWithBibi”.

Collinson berargumen bahwa sikap Trump dalam kasus itu telah mencerminkan pendekatan kebijakan luar negeri yang transaksional dan tidak lazim, yang seringkali memprioritaskan tujuan pribadinya dibandingkan pemahaman dasar mengenai kepentingan nasional.

Berbeda dengan Biden yang berusaha menyeimbangkan posisinya. Biden telah menunjukkan dukungan yang paling kuat terhadap Israel dibandingkan presiden AS pada periode-periode sebelumnya.

Di sisi lain, Biden juga mengirimkan sinyal peringatan kepada Netanyahu bahwa aksi Israel tidak boleh melanggar hukum perang dan harus mempertimbangkan konsekuensi kemanusiaan dari invasi ke Gaza.

https://internasional.kompas.com/read/2024/03/06/145021170/melihat-sikap-biden-dan-trump-terkait-konflik-israel-palestina

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke