Salin Artikel

Apa Pokok Konflik Armenia dan Azerbaijan?

“Analisis kami menunjukkan, Azerbaijan ingin melancarkan aksi militer di beberapa bagian perbatasan dengan niat mengubah eskalasi militer menjadi perang skala penuh melawan Armenia,” kata Pashinyan seperti dikutip kantor berita AFP.

Armenia dan Azerbaijan telah berperang dua kali terkait persoalan di Karabakh dalam tiga dekade terakhir sejak Uni Soviet runtuh.

Persoalan Nagorno-Karabakh

Nagorno-Karabakh, yang oleh orang Armenia disebut sebagai Artsakh, adalah daerah pegunungan di ujung selatan pegunungan Karabakh di Azerbaijan. Wilayah itu diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan.

Namun 120.000 penduduknya sebagian besar adalah etnis Armenia. Mereka mempunyai pemerintahan sendiri yang berhubungan dekat dengan Armenia tetapi tidak diakui secara resmi oleh Armenia atau negara lain manapun.

Bangsa Armenia, yang beragama Kristen, mengaku sudah lama tinggal di wilayah tersebut, sejak beberapa abad sebelum Masehi. Bangsa Azerbaijan, yang sebagian besar penduduknya merupakan orang-orang Turki dan Muslim, juga mengklaim memiliki ikatan sejarah yang kuat dengan wilayah tersebut, yang selama berabad-abad berada di bawah kekuasaan Persia, Turki, dan Rusia.

Konflik berdarah antara kedua bangsa itu telah berlangsung lebih dari satu abad.

Dulu, saat di bawah Uni Soviet, Nagorno-Karabakh menjadi daerah otonom di Republik Azerbaijan.

Ketika Uni Soviet runtuh, Perang Karabakh Pertama (1988-1994) pecah antara orang-orang Armenia dan tetangga mereka, Azerbaijan. Sekitar 30.000 orang tewas dan lebih dari satu juta orang mengungsi. Sebagian besar dari mereka adalah orang-orang Azeri (Azerbaijan) yang diusir dari rumahnya saat pihak Armenia akhirnya menguasai Nagorno-Karabakh dan tujuh distrik di sekitarnya.

Tahun 2020, setelah beberapa dekade terlibat pertempuran kecil, Azerbaijan memulai sebuah operasi militer yang kemudian menjadi Perang Karabakh Kedua. Azerbaijan dengan cepat menerobos pertahanan Armenia. Operasi militer itu meraih kemenangan gemilang dalam waktu 44 hari. Azerbaijan merebut kembali tujuh distrik dan sekitar sepertiga wilayah Nagorno-Karabakh.

Penggunaan drone yang dibeli dari Turki dan Israel disebut-sebut para analis militer sebagai salah satu alasan utama kemenangan Azerbaijan. Setidaknya 6.500 orang tewas dalam perang tersebut.

Rusia, yang memiliki perjanjian pertahanan dengan Armenia tetapi juga punya hubungan baik dengan Azerbaijan, merundingkan gencatan senjata. Kesepakatan yang tercapai adalah Rusia menggelar 1.960 tentara penjaga perdamaian. Para tentara Rusia itu menjaga jalur vital di wilayah menuju Armenia: sebuah jalan melalui “koridor Lachin” yang tidak lagi dikendalikan pasukan Armenia.

Pembicaraan Damai

Para analis mengatakan, serangkaian perundingan yang dimediasi Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Rusia, sebetulnya telah membawa kedua belah pihak lebih dekat ke perjanjian perdamaian permanen dibandingkan yang telah mereka lakukan selama bertahun-tahun. Namun penyelesaian akhir masih sulit dicapai.

Masalah paling sensitif adalah status dari 120.000 orang etnis Armenia di Karabakh, yang hak dan keamanannya, menurut Armenia, harus dijamin. Perdana Menteri Nikol Pashinyan mengatakan, negaranya mengakui kedaulatan dan integritas wilayah Azerbaijan. Namun pihak Azerbaijan mengatakan tidak yakin pernyataan itu dibuat dengan itikad baik. Azerbaijan justru menuduh Armenia telah memicu gerakan separatisme di wilayahnya.

Pada Desember 2022, warga sipil Azerbaijan yang menyebut diri mereka sebagai aktivis lingkungan memblokir koridor Lachin, dan pada April 2023 Azerbaijan mendirikan pos pemeriksaan resmi. Mereka menyatakan, pihaknya ingin mencegah penyelundupan senjata.

Pergerakan orang dan barang antara Armenia dan Nagorno-Karabakh  punsebagian besar terputus. 

Latar Regional

Armenia berharap Rusia menjalankan komitmennya sebagai penjamin keamanan di Kaukasus Selatan. Armenia mengeluh bahwa perang Rusia di Ukraina telah mengalihkan perhatian Rusia dari apa yang telah menjadi komitmen Moskwa di Kaukasus Selatan.

Hilangnya Nagorno-Karabakh mendorong banyak orang di Armenia mempertanyakan pandangan tradisional mereka sendiri bahwa Rusia merupakan pelindung utama mereka di wilayah di mana kepentingan negara-negara besar berbenturan.

Moskwa telah lama memainkan peran penting dalam perselisihan itu. Namun perang di Ukraina telah menghambat kemampuan Rusia untuk menunjukkan kekuatan militernya di kawasan itu dan peran pasukan penjaga perdamaian Rusia kemungkinan akan semakin berkurang setelah kemenangan Azerbaijan pada September lalu atas wilayah itu.

Sementara itu, Turkiye, yang menerapkan kebijakan luar negeri yang semakin tegas, juga mempunyai kepentingan dalam konflik regional tersebut. Turkiye memihak Azerbaijan. Turkiye merupakan anggota NATO, tetapi negara itu telah membangun hubungan keamanan yang lebih baik dengan Moskwa dan telah membeli sistem rudal Rusia meskipun ada keberatan dari Washington.

Sementara itu, Washington telah lama mencari pengaruh di Kaukasus Selatan dan negara-negara lain di bekas blok Soviet.

Uni Eropa, walau mendorong perundingan, telah beralih ke Azerbaijan dalam mencari mitra penyuplai energi untuk menutupi hilangnya impor Rusia sejak dimulainya perang di Ukraina. Uni Eropa telah mengirimkan pengamat untuk memantau perbatasan Armenia dengan Azerbaijan.

https://internasional.kompas.com/read/2024/02/16/115818270/apa-pokok-konflik-armenia-dan-azerbaijan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke