Salin Artikel

Kayla Mueller, Korban ISIS yang Jadi Nama Operasi AS Serang Abu Bakar al-Baghdadi

Mueller dijadikan nama serangan itu karena dia merupakan salah satu dari warga AS yang tewas ketika disekap oleh kelompok ekstremis itu.

Kayla Mueller yang merupakan pekerja kemanusiaan yang diculik ISIS pada 2013 ketika mengunjungi rumah sakit. AS memastikan dia tewas pada 2015.

Ayahnya, Carl Mueller, menyebut "perasaannya campur aduk" tatkala menunggu Presiden Donald Trump mengumumkan hasil operasi yang menggunakan nama putrinya.

Dalam konferensi pers Minggu (27/10/2019), Trump menyatakan Pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi tewas bunuh diri ketika diserbu di Barisha.

Presiden 73 tahun itu menuturkan Kayla sebagai gadis muda cantik yang berusaha membantu orang lain, seperti dilaporkan AFP Senin (28/10/2019).

"Dia (Baghdadi) menahannya dalam waktu yang lama. Dia menawannya di penjara pribadinya," ujar Trump ketika mengumumkan kematian Baghdadi.

Gedung Putih mengumumkan bahwa operasi yang dilakukan Pasukan Delta pada Sabtu (26/10/2019) menggunakan nama Kayla Mueller untuk menghormatinya.

"Kami sangat tersentuh. Kami berterima kasih mereka tak mengacau dan melakukannya dengan baik," kata ibu Kayla, Marsha Mueller, kepada CNN.

Kayla diketahui bekerja sebagai Danish Refugee Council sebelum dia diculik di Aleppo. Dia diserahkan kepada Baghdadi pada akhir 2014, di mana dia dilaporkan diperkosa beberapa kali.

ISIS kemudian menyatakan dia tewas dalam serangan udara koalisi pimpinan AS di Raqqa, Suriah, pada Februari 2015, meski tak disebut secara spesifik.

Jenazahnya hingga kini tak ditemukan. Membuat orangtua Kayla tidak terlalu berharap banyak bahwa gadis itu masih hidup.

Marsha mengatakan, dia ingin Kayla pulang meski kedengarannya mustahil. "Namun setelah apa yang kami lalui dan hal itu (Baghdadi tewas) terjadi, kami mungkin bisa menemukannya," katanya.

Ingin Bertemu Anggota ISIS

Carl Mueller berujar, dia ingin pergi ke Irak dan mencari tahu nasib putrinya. Berharap salah satu anggota ISIS yang ditangkap bisa memberikan informasi.

Pemimpin Kepala Staf Gabungan AS Mark Milley menjelaskan, mereka menangkap dua orang ketika menyerbu persembunyian Baghdadi di desa Barisha.

Milley yang menolak mengungkapkan identitas maupun hubungan anggota itu dengan Baghdadi meyatakan, mereka telah ditahan di fasilitas aman.

"Mungkin salah satu dari orang yang ditangkap kemarin tahu apa yang terjadi, dan tahu siapa yang membunuh anak saya," tutur Mueller.

Dalam pernyataannya, Trump menyebut pembunuhan James Foley, Steven Sotloff, Peter Kassig, hingga Kayla Mueller dilakukan secara keji.

Foley, jurnalis lepas berusia 40 tahun, dipenggal pada 2014, di mana ISIS menyebutnya balasan atas serangan udara AS di Irak.

Jurnalis yang bekerja bagi AFP maupun GlobalPost itu diculik dua tahun sebelumnya ketika sedang meliput aksi protes atas Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Ibunya, Diane Foley, berharap kematian Pemimpin ISIS Abu Bakar al-Assad bisa menurunkan kelompok ekstremis itu, dan membawa pelakunya untuk diadili.

Dia menuturkan masih ada warga AS yang ditahan ISIS. Salah satunya adalah fotografer Austin Tice maupun Majd Kamalmaz.

"Saya meminta kepada Presiden Trump supaya menjadikan mereka, dan warga AS lainnya yang masih ditangkap, prioritas utama," terangnya.

Beberapa hari setelah Foley tewas, ISIS merilis kabar mereka telah memenggal Sotloff yang diculik di utara Suriah pada Agustus 2013.

Pada November 2014, ISIS mengklaim membunuh Peter Kassig, seorang pekerja kemanusiaan yang diculik juga di utara Suriah setahun sebelumnya.

https://internasional.kompas.com/read/2019/10/29/08162911/kayla-mueller-korban-isis-yang-jadi-nama-operasi-as-serang-abu-bakar-al

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke