Salin Artikel

Wilayah Udara Libya Jadi Medan Perang Drone Tempur Terbesar di Dunia

Pertempuran di sekitar Tripoli terjadi sejak 4 April lalu saat pasukan yang setia pada Jenderal Khalifa Haftar, Tentara Nasional Libya (LNA) memulai operasi militer dengan tujuan merebut ibu kota itu.

Namun upaya mereka mendapat perlawanan yang sengit dari pasukan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA). Dikatakan bahwa garis depan pertempuran tidak bergerak sejak beberapa waktu terakhir.

Menghadapi kebuntuan, kedua belah pihak telah beralih pada pertempuran persenjataan canggih, dengan harapan dapat meraih keuntungan dalam perang yang telah menewaskan hingga lebih dari 1.000 orang dan melukai hampir 6.000 lainnya, menurut PBB, itu.

"Libya mungkin telah menjadi medan pertempuran drone terbesar di dunia," kata Utusan PBB untuk Libya, Ghassan Salame, dalam sebuah video yang dirilis oleh PBB, Rabu (25/9/2019) lalu.

Dia mencatat drone telah dikerahkan hingga 600 kali di satu pihak dan 300 kali pada pihak lainnya. Namun Salame tidak mengklarifikasi pihak mana yang lebih banyak meluncurkan drone.

Disebutkan bahwa perangkat drone mulai memasuki arena pertempuran di Libya pada bulan Juni, kendati sesungguhnya telah diberlakukan embargo persenjataan oleh PBB terhadap Libya sejak pemberontakan 2011 yang menggulingkan rezim Muamar Gadhafi.

Alasan lain dari meningkatnya penggunaan perangkat pesawat nirawak tersebut diyakini tidak lepas dari keterbatasan armada udara di kedua pasukan yang bertikai.

"Mengingat penggunaan yang intensif dari aset pesawat tempur di bulan pertama serangan... sebagian besar pesawat tempur milik kedua pasukan kini ditangguhkan karena kurangnya perawatan," kata analis pertahanan Arnaud Delalande, dikutip AFP.

"Tidak ingin dibiarkan tanpa kekuatan udara, baik pasukan Haftar (LNA) maupun GNA tampaknya telah beralih ke jenis pesawat lain, yakni drone," tambahnya.

Para pakar mengatakan, pasukan Haftar diyakini telah mendapatkan perangkat drone buatan China, Wing Loong, dari pendukung utamanya, Uni Emirat Arab.

Sementara GNA, dilaporkan telah beralih ke Turki, yang semakin terbuka tentang dukungannya terhadap pasukan pemerintah itu. Ankara disebut telah menyediakan drone Bayraktar buatan dalam negeri untuk GNA.

Kedua belah pihak kini lebih fokus melancarkan serangan untuk menghancurkan drone dan pusat komando musuh dalam melancarkan operasinya.

Pasukan Haftar telah berulang kali melancarkan serangan ke bandara Mitiga, menutup satu-satunya jalur transportasi udara tersisa di Tripoli, yang menghubungkan Libya dengan dunia luar.

Dikatakan bahwa mereka mengincar pusat komando untuk pesawat tanpa awak milik Turki.

"Perang ini telah menjadi keterlibatan langsung antara pendukung utama LNA dengan GNA, yakni Abu Dhani dan Ankara," kata Delalande.

"Tapi terlepas dari drone siapakah yang memenangkan pertempuran udara tersebut, hal itu tidak berarti jika pasukan di darat tidak bergerak maju," tambahnya.

https://internasional.kompas.com/read/2019/09/29/22015001/wilayah-udara-libya-jadi-medan-perang-drone-tempur-terbesar-di-dunia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke