Salin Artikel

Fenomena Mahasiswi Universitas Ternama China Jual Sel Telur demi Uang

Melansir dari China South Morning Post, Senin (13/5/2019), hukum di China melarang perdagangan sel telur manusia.

Permintaan terbesar dari sel telur manusia itu berasal dari pasangan yang tidak bisa memiliki anak.

Beberapa pasangan ingin punya anak kedua, tetapi istri biasanya terlalu tua untuk memiliki anak secara alami.

Kriteria yang diminta pasar adalah sel telur mahasiswi dengan peforma nilai yang baik, tinggi badan, dan wajah.

Dalam satu kasus, harganya minimum 10.000 yuan atau sekitar Rp 20 juta. Banyak dari perempuan muda itu menerima kesepakatan penjualan dengan nilai tersebut agar bisa membeli ponsel baru.

Investigasi menemukan, transaksi dilakukan melalui seorang agen. Sebelumnya, pasangan suami istri dan mahasiswi telah bertemu langsung. Kedai kopi menjadi tempat favorit pertemuan mereka.

Sementara rumah sakit diduga membantu menyuntikkan hormon kepada donor itu selama 10 hari untuk menstimulasi produksi telur lebih cepat dari biasanya.

Laporan penyelidikan menyebutkan, prosedur tersebut menimbulkan risiko, seperti masalah pernapasan, kembung, dan penggumpalan pembuluh darah.

Sejauh ini belum ada laporan penangkapan terkait kasus itu. Namun, pada 2016 dua agen dipenjara karena mengumpulkan sel telur dari seorang perempuan di Guangzhou.

Ovarium perempuan tersebut harus diangkat karena masalah komplikasi medis. Sementara dua agen itu dipenjara selama 1 tahun 10 bulan karena mempraktikkan pengobatan tanpa lisensi.

Pembelian dan penjualan sel telur sangat dilarang di China. Sel telur hanya dapat disumbangkan sebagai tindakan amal.

Namun, tingginya permintaan setelah dicabutnya kebijakan satu anak memicu perdagangan ilegal sel telur.

https://internasional.kompas.com/read/2019/05/13/12352021/fenomena-mahasiswi-universitas-ternama-china-jual-sel-telur-demi-uang

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke