Salin Artikel

Kisah Penggunaan "Penny Black", Prangko Pertama di Dunia

KOMPAS.com - Pengiriman surat erat kaitannya dengan prangko. Benda berbahan kertas yang direkatkan dan mempunyai nilai nominal tertentu ini menjadi bukti untuk pembayaran pengiriman surat.

Supaya tak monoton, perusahaan pos negara menggunakan aneka macam gambar prangko. Selain menjadi daya tarik konsumen, aneka gambar ini juga bisa menjadi salah satu koleksi bagi seorang filatelis.

Walaupun era pengiriman surat tergeser dengan internet, masih ada segelintir orang yang menggunakan layanan ini untuk pengiriman surat.

Berbeda dengan masa kini, era awal pengiriman surat tak disertai dengan prangko. Pengirim tinggal memberikan jasa ongkos kirim kepada pihak pos.

Awal penggunaan prangko dimulai pada 6 Mei 1840 di Inggris. Ketika itu, untuk kali pertama prangko mulai disematkan pada surat-surat yang akan dikirim sebagai bagian dari ongkos pengiriman.

Dilansir dari Wired, prangko pertama memiliki desain gambar Ratu Victoria dan tercetak dengan background warna hitam. Dalam prangko tersebut juga terdapat tulisan "One Penny" sebagai petunjuk harga nominal pengiriman.

Tak lama kemudian, banyak orang menyebutnya dengan julukan "Penny Black".

Penggunaan prangko ini menjadi ramai dan sukses. Kantor pos harus melayani dua kali lipat peredaran surat pada tahun-tahun pertama penggunaan prangko tersebut. 

Banyak orang yang antusias untuk mengirimkan surat mereka semenjak prangko ini diperkenalkan ke publik. 

Pengiriman surat menyurat sudah terjadi ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu, namun penggunaan prangko secara resmi kali pertama dilakukan di Inggris.

Pada abad ke-12, Raja Henry I dari Inggris masih mengirim utusan kerajaan. Langkah ini dilanjutkan dengan anak, serta raja berikutnya, yang kemudian meningkatkan layanan utusan menjadi surat menyurat.

Pada 1516, Raja Henry VIII secara resmi mendirikan Royal Mail untuk melayani surat menyurat. Akan tetapi, baru pada 1635 Charles I membuat layanan tersebut tersedia untuk umum, tak hanya ranah kerajaan.

Ketika itu pembayaran ongkos kirim dibebankan kepada penerima. Jika penerima menolak untuk menerima pengiriman, maka Royal Mail berhak melakukan apa saja terhadap surat itu.

Biasanya pengiriman dilakukan dengan kurir, namun karena perkembangan jalur kereta api menjadikan menjadikan layanan pengiriman surat menjadi lebih cepat.

Seorang bernama Rowland Hill mulai mempunyai gagasan mengubah sistem pengiriman dengan membayar ongkos kirim di awal, agar pihak pos tak menanggung risiko kerugian.

Dia juga mengusulkan adanya alat bukti pembayaran yang tercetak pada kertas dan ditempelkan pada surat. Inilah konsep awal dari penggunaan prangko.

Dilansir dari Smithsonian.org, rencana ini didukung oleh parlemen dan Rowland Hill menjadi pengawas keuangan untuk Royal Mail. Konsep prangko mulai dibuat dengan desain yang simpel menunjukan citra Ratu Victoria.

Hill dan asistennya memilih percetakan di Perkins, Bacon and Petch. Mereka memilih warna hitam agar lebih cepat dan prangko ini tak menunjukan negara asal.

Selain itu, Royal Mail juga merilis "Penny Blue" sebagai kelanjutan dari generasi pertama. Maraknya pemalsuan menjadikan Royal Mail melakukan bermacam cara untuk mengganti perangko, termasuk dengan merilis versi warna merah juga.

Prangko bergambar Ratu Victoria dicap sebagai awal dari kesuksesan pengiriman surat. Sistem ini secara luas akhirnya diadopsi dan menyebar ke lebih dari 150 negara.

Pemerintah Hindia Belanda yang ketika itu menguasai Nusantara juga menerbitkan prangko kali pertama pada 1864. Prangko itu berwarna merah dengan harga 10 sen menampilkan gambar Raja Willem III.

https://internasional.kompas.com/read/2019/05/06/17102471/kisah-penggunaan-penny-black-prangko-pertama-di-dunia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke