Bagi WNI yang belum terdaftar dan tidak memiliki surat undangan untuk pencoblosan harus membawa paspor atau resident card.
Dari mereka yang rela antre berjam-jam, ada seorang WNI yang baru pindah ke Jepang, Willy Keraf.
Sementara itu, dia juga harus mengantre lagi untuk mendapat giliran mencoblos.
Dia berpendapat antrean panjang disebabkan oleh persiapan yang kurang matang dalam mengantisipasi antusiasme WNI.
"Panitianya tidak mempersiapkan terjadinya lonjakan untuk memilih di sini," katanya.
"Banyak hal yang dilakukan manual, belum tersistem secara digital," imbuhnya.
Menurutnya, hingga pukul 18.26 waktu setempat, antrean untuk pendaftar telah ditutup.
Dia berharap antrean tidak seharusnya dibiarkan terlalu lama dan berjalan pelan.
Setelah mengantre untuk daftar, Willy menyatakan perlu adanya pemberian nomor urut untuk menunggu giliran mencoblos.
"Saya tadi mau daftar. Kemudian diinfokan untuk balik lagi jam 16.00 untuk mulai pencoblosan, harusnya bisa dikasih nomor urut," ujarnya.
Willy pun akhirnya mendapat giliran masuk bilik suara pada pukul 20.00 waktu setempat. Total, dia telah menghabiskan 12 jam agar bisa memilih pemimpin negeri, meski harus 7-8 jam di antaranya harus berdiri.
https://internasional.kompas.com/read/2019/04/14/18312121/kisah-wni-nyoblos-kali-pertama-di-jepang-rela-antre-12-jam