Salin Artikel

Kisah Negara Kecil di Samudra Hindia Pakai Tebu untuk Hasilkan Listrik

Mauritius, kini mulai beralih ke tanaman utara tebu untuk menghasilkan energi listrik.

Sisa tebu, batang tebu dan pucuknya dihancurkan menjadi bahan berserat kering yang dikenal sebagai ampas tebu. Bahan tersebut dibakar untuk membantu daya listrik negara itu.

Listrik dari tebu sekarang menyumbang 14 persen dari kebutuhan pulau. Ketika dikombinasikan dengan sumber terbarukan lainnya seperti tenaga surya, angin, dan hidro, maka hampir seperempat dari konsumsi harian.

"Tujuan pemerintah untuk meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam bauran energi hingga 35 persen pada 2025," kata Wakil Perdana Menteri Mauritius Ivan Collendavello.

Collendavello yang juga menjabat sebagai menteri energi menyatakan, target dapat diraih sekaligus dengan hadirnya 11 proyek tenaga surya dan dua ladang untuk tenaga angin pada tahun depan.

"Produsen independen dalam industri gula akan terus menyediakan bagian terbesar listrik terbarukan dari ampas tebu," ucapnya.

Di Mauritius, sekitar 60 persen listrik dihasilkan dari empat perusahaan gula, masing-masing menjalankan pembangkit listrik tenaga panas sendiri.

Pabrik-pabrik menjalankan batubara untuk sebagian tahun, kemudian beralih ke tebu saat musim panen tiba.

Listrik 24 jam

Selama masa panen pada akhir November, terlihat truk-truk besar terlihat berbaris di samping gudang untuk membongkat muatan tebu segar di perusahaan Omnicane.

Sebanyak 8.500 ton dikirim setiap hari ke sana dengan total 900.000 ton pada tahun ini.

Batang tebu dihancurkan untuk mengekstrak air bagi produksi gula. Kemudian, batang-batang direndam untuk mengekstrak air terakhir dan dipanaskan hingga kering.

"Listrik tersedia 24 jam sehari, sesuai permintaan, tanpa harus menunggu angin atau matahari, karena kita dapat menyimpan ampas tebu seperti halnya minyak dan batu bara," kata Jacques D'Unienville, manajer Omnicane.

Lalu bagaimana soal gas rumah kaca karbon dioksida yang dihasilkan oleh pembakaran?

D'Unienville mengatalan, gas pembakaran diambil dan digunakan untuk menambahkan ruap ke minuman ringan.

Penurunan jumlah petani

Penurunan harga gula sejak Uni Eropa mengakhiri kuota impor pada 2017 dan peningkatan produksi di Thailand, Brasil, dan India, membuat petani tebu di Mauritius tertekan.

Sekjen Kamar Dagang Mauritius Jacqueline Sauzier mengatakan, harga gula yang anjlok menjadi pukulan fatal bagi industri lokal.

"Jumlah petanu kecil telah turun dari 26.000 pada 2010 menjadi 13.000 pada 2018," kata Menteri Pertanian Mahen Kumar Seeruttun.

Lalu apakah Mauritius akan mampu menghasilkan cukup tebu untuk mencapai targetnya?

"Kami membutuhkan akses yang dilindungi ke pasar preferensial. Negara-negara kecil harus memiliki kuota sebagai prioritas karena kami sangat rentan," tutur D'Unienville.

https://internasional.kompas.com/read/2018/12/09/14451661/kisah-negara-kecil-di-samudra-hindia-pakai-tebu-untuk-hasilkan-listrik

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke