Salin Artikel

AS Pasok 61 Persen Senjata kepada Arab Saudi

Kedua negara itu mengikuti Jerman dan Norwegia yang sudah memutuskan berhenti menjual senjata buntut konflik Yaman maupun pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Namun seperti diwartakan CNN Jumat (23/11/2018), kecuali Jerman, Denmark, Finlandia, maupun Norwegia merupakan eksportir utama senjata ke Saudi.

Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) dalam laporannya menyatakan, Amerika Serikat (AS) masih menjadi produsen utama.

Dalam lima tahun terakhir antara 2013 sampai 2017, Negeri "Uncle Sam" itu memasok 61 persen persenjataan kepada Riyadh.

Di posisi kedua terdapat Inggris yang menjual 23 persen atau dua kali lipat di bawah AS. Perancis di peringkat ketiga dengan senjata yang dijual mencapai empat persen.

Presiden Donald Trump dalam rilis resmi Gedung Putih Selasa mengatakan, Saudi mengimpor senjata dengan total kontrak 110 miliar dollar AS, atau Rp 1.604 triliun.

"Tentu nominal belanja itu bakal menciptakan ratusan ribu lapangan pekerjaan dan meningkatkan ekonomi Amerika," beber Trump.

"Jika kami gegabah memutus kontrak tersebut, maka pihak yang bakal mengambil keuntungan adalah Rusia serta China," tambahnya.

China dan Rusia sebenarnya juga menjual senjata. Namun jumlahnya yang kecil membuat mereka tidak masuk ke dalam tiga besar.

Peneliti senior SIPRI Pieter Wezeman menjelaskan, sepanjang 10-15 tahun terakhir Rusia berusaha untuk merusak dominasi AS.

"Namun tidak berhasil. Saudi memang membeli persenjataan seperti senapan. Namun jumlahnya sangat kecil," beber Wezeman.

Sementara China cukup mempunyai pengaruh dalam penjualan pesawat nirawak (drone) tempur ke pangsa pasar negara kaya minyak tersebut.

"Memang China maupun Rusia tidak mendekati AS bahkan Perancis. Namun poin pentingnya adalah Saudi mulai membuka kemungkinan membeli dari senjata lain," kata Wezeman.

Lebih lanjut, para pemasok senjata utama Saudi seperti Inggris dan Perancis menurunkan ekspornya pada 2016 dan 2017.

London misalnya. Pada 2016, mereka menjual 843 juta dollar AS (Rp 12,2 triliun). Jumlah itu menyusut setengahnya menjadi 436 juta dollar AS (Rp 6,3 triliun) tahun lalu.

Kemudian Perancis yang pada 2016 mengekspor 91 juta dollar AS (Rp 1,3 triliun) berkurang menjadi 27 juta dollar AS, atau Rp 392,7 miliar, tahun lalu.

Meski kedua negara itu mengurangi penjualan, SIPRI mencatat pembelian senjata Saudi meningkat sebanyak 38 persen sepanjang 2016-2017.

Angka itu tak lepas dari meningkatnya ekspor senjata AS dari 1,8 miliar dollar AS (Rp 26,1 triliun), menjadi 3,4 miliar dollar AS (Rp 49,4 triliun).

Kemudian Jerman menggandakan penjualan senjata dari 14 juta dollar AS (Rp 203,6 miliar) ke angka 105 juta dollar AS (Rp 1,5 triliun).

https://internasional.kompas.com/read/2018/11/23/16135121/as-pasok-61-persen-senjata-kepada-arab-saudi

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke