Salin Artikel

Wabah Flu Babi Afrika Kini Jadi Masalah Serius di China

Diwartakan AFP, situasi yang sebelumnya disebut berhasil dikendalikan, sekarang berubah menjadi persoalan sangat serius.

Penyakit tersebut menyebabkan kenaikan harga daging babi sejak muncul pada Agustus lalu, sekaligus memicu kekhawatiran mengenai dampak besarnya kepada produsen daging babi dunia.

"Pencegahan dan pengendalian situasi demam babi Afrika saat ini sangat serius," demikian pernyataan bersama dari kementerian pertanian, transportasi, dan keamanan publik pada Rabu (14/11/2018) malam.

"Epidemik ini telah muncul di 17 provinsi, menyebar luas ke perternakan babi di China bagian selatan," imbuhnya.

Awal September lalu, media pemerintah China melaporkan, demam babi Afrika ditemukan di lima provinsi.

Kala itu, kementerian pertanian menyatakan virus secara umum berhasil dikendalikan.

Tiga kementerian menyerukan pengawasan ketat terhadap distribusi babi hidup untuk mencegah persebaran penyakit.

Otoritas China melaporkan kasus pertama demam babi pada provinsi Liaoning.

Sejak itu, penyakit terus bergerak ke selatan hingga ke wilayah provinsi penghasil daging babi utama. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegahnya, termasuk dengan memusnahkan puluhan ribu babi.

Food and Agriculture Organization (FAO) memperingatkan penyakit itu bisa menyebar ke bagian lain di Asia.

Demam babi Afrika tidak berbahaya bagi manusia tetapi menyebabkan demam hemoragik yang mematikan pada babi peliharaan dan babi hutan.

Belum ada obat penawar atau vaksin, satu-satunya metode pengendalian yang diketahui adalah dengan memusnahkan hewan.

Sekitar setengah dari babi dunia diternak di China. Negara Tirai Bambu itu juga konsumen daging babi per kapita terbesar di dunia.

https://internasional.kompas.com/read/2018/11/15/16412861/wabah-flu-babi-afrika-kini-jadi-masalah-serius-di-china

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke