Salin Artikel

Biografi Tokoh Dunia: Harriet Tubman, Pembebas Perbudakan

Harriet Tubman menjadi sorotan atas upayanya melarikan diri dari perbudakan dan seorang aktivis abolisionisme terkemuka, sebuah gerakan untuk menyingkirkan perbudakan di Amerika.

Dia memimpin ratusan orang yang diperbudak menuju kebebasan dalam operasi Underground Railroad, perkumpulan gerakan bawah tanah AS yang sejak 1830 membantu banyak orang keluar dari perbudakan.

Awal kehidupan

Harriet Tubman terlahir dengan nama Araminta Ross pada 1820, di Maryland. Kemudian dia mengadopsi nama depan ibunya, Harriet.

Sejak keluar dari rahim ibunya, nasib Harriet seakan telah ditentukan yakni menjadi seorang budak. Dia bekerja sebagai pembantu, perawat, juru masak, dan penebang kayu.

Pada 1844, dia menikahi John Tubman, seorang warga kulit hitam yang bebas.

Lima tahun kemudian, rumor mengenai kemungkinan dirinya akan dijual karena kematian sang majikan, mendorongnya melarikan diri ke Philadelphia, meninggalkan suami, orangtua, dan saudara kandungnya.

Memanfaatkan jaringan yang dikenal sebagai Underground Railroda, Harriet melakukan perjalanan hampir sejauh 144 km ke Philadelphia.

Dia menyeberang ke negara bagian yang bebas dengan perasaan lega dan kagum.

"Ketika saya telah berada di perbatasan, saya memandang kedua tangan saya untuk melihat apakah saya masih orang yang sama," katanya.

"Ada kemuliaan di atas segalanya, matahari hadir seperti emas di pepohonan, dan di atas ladang, dan saya merasa seperti berada di Surga," ucapnya kala itu.

Walau dia berada dalam kenyamanan di sebelah Utara, Harriet justru berpikiran hal lain, yaitu menyelamatkan seluruh keluarganya dan orang lain yang hidup dalam perbudakan melalui Underground Railroad.

Pembebasan keluarga

Dia menawarkan istrinya di sebuah pelelangan di Baltimore. Kemudian, Harriet kembali ke Maryland untuk memimpin keluarganya keluar dari perbudakan ke Philadelphia.

Dalam perjalanan pertama Harriet membantu pembebasan keluarga dan 60 orang lainnya menuju kebebasan, dia mendapat julukan "Musa".

Sementara, suaminya menolak mengikuti mereka di Underground Railroad, dan lebih memilih yinggal di Maryland bersama istri barunya.

Namun, nasib budak lagi-lagi mendapatkan tekanan melalui terbitnya Undang-undang Budak Pelarian pada 1850. UU tersebut menyatakan, budak yang melarikan diri dapat ditangkap di Utara dan dikembalikan ke dalam perbudakan.

Aparat penegak hukum di Utara dipaksa membantu menangkap budak. Harriet tidak kehabisan akal. Dia memetakan kembali ulang jalur Underground Railroad menuju Kanada.

Pada April 1858, Harriet diperkenalkan kepada John Brown, seorang aktivitis anti-perbudakan yang radikal. Barriet berkolaborasi dengan Brown dalam acara penggerebekan di lembaga perbudakan di Harpers Ferry.

Ketika AS sedang diliputi Perang Saudara, perlawanan Harriet terhadap perbudakan tidak reda. Sejak itu, dia memberikan tenaganya sebagai perawat, juru masak, pengintai dan mata-mata untuk Union Government, atau pemerintah pusat AS.

Selama tiga tahun, dia merawat orang sakit dan terluka di Florida dan Carolina, baik orang kulit putih dan kulit hitam, tentara, dan orang selundupan.

Harriet dikenal sebagai perempuan pendek dengan bandana di kepalanya dan beberapa gigi depannya yang sudah hilang.

Sebagai pengintai dan mata-mata, dia berhasil mencapai wilayah pemberontak.

Dia menjadi mata-mata berharga di bawah komando Kolonel James Montgomery. Harriet memimpin korps kulit hitam dan melancarkan serangan penggerebekan ke wilayah pemberontak, serta mengumpulkan berbagai informasi.

Harriet juga memimpin perjalanan dalam ekspedisinya yang terkenal di Sungai Combahee pada Juni 1863. Saat itu, dia menjadi perempuan pertama yang memimpin ekspedisi bersenjata dalam perang.

Dia mengarahkan pasukan di Sungai Combahee, di mana lebih dari 700 budak dibebaskan diari Carolina Selatan.

Atas semua kerja kerasnya, dia mendapat bayaran 200 dollar selama periode tiga tahun, namun dia tetap harus menyokong dirinya dengan menjual kue, roti jahe, dan bir.

Pada 1869, Harriet menikah dengan seorang veteran Perang Saudara bernama Nelson Davis dan pada1874, pasangan ini mengadopsi seorang bayi perempuan bernama Gertie.

Tinggal di Auburn

Dia menghabiskan bertahun-tahun hidupnya di rumah itu dengan merawat keluarga dan lainnya.

Meski dia mendapat ketenaran dan reputasi, Harriet kerap dilanda masalah finansial. Salah satu pengagumnya, Sarah H Bardford, menulis biografi berjudul Scenes in the Life of Harriet Tubman, dan memberikan hasil penjualannya kepada keluarga Harriet.

Harriet dapat terlepas dari kesengsaraan ekonominya. Pada 1903, dia menyumbangkan sebidang tanah ke gereja di Auburn.

Kematian dan inspirasi

Ketika sudah menua, Harriet harus menjalani operasi otak untuk mengurangi rasa sakit yang dia alami akibat cedera kepala.

Dikelilingi oleh teman dan keluarganya, Harriet meninggal dunia karena pneumonia pada 10 Maret 1913 di usia 93 tahun. Dia dimakamkan dengan upacara penghormatan militer di Fort Hill Cemetery, Auburn.

Harriet Tubman dihormati sebagai ikon Amerika dan telah menginspirasi generasi muda yang berjuang untuk hak-hak sipil dengan keberanian dan aksi.

Puluhan sekolah dinamai dengan namanya, sementara rumahnya di Auburn dan sebuah museum di Cambridge menjadi monumen untuk mengenang semua jasanya.

Sebuah film yang dirilis pada 1978 berjudul A Woman Called Moses, untuk memperingati kehidupan dan kariernya.

https://internasional.kompas.com/read/2018/03/29/18130081/biografi-tokoh-dunia--harriet-tubman-pembebas-perbudakan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke