China Berambisi Sudah Memiliki Kapal Induk Bertenaga Nuklir pada 2025

Pernyataan itu disampaikan Korporasi Industri Perkapakan China (CSIC) yang merupakan perusahaan pembuat kapal perang terbesar di China.

Perusahaan ini pula yang merenovasi kapal induk pertama dan membangun kapal kedua milik militer Negeri Tirai Bambu itu.

Dua kapal induk pertama China masih menggunakan bahan bakar konvensional. Namun, CSIC tak merinci rencana itu dan hanya menegaskan kapal induk bertenaga nuklir itu sedang dikembangkan.

Selain itu, CSIC menambahkan, perusahaan tersebut juga sedang mengembangkan jenis baru kapal selam nuklir, kapal selam dengan sistem intelejensia buatan (AI), dan sebuah sistem informasi elektronik komprehensif untuk pertempuran laut.

Harian The South China Morning Post sebelumnya pernah mengabarkan, China tengah memasang sistem AI di kapal-kapal selam nuklirnya.

Sementara itu, pakar kemaritiman yang berbasis di Beijing, Li Jie mengatakan, terdapat sejumlah kendala untuk membangun kapal induk nuklir.

Namun, sambung Li Jie, semua kendala itu agaknya bisa teratasi pada 2025.

"Para insinyur kami telah memiliki pengalaman dengan mesin bertenaga nuklir pada kapal selam, tetapi masih banyak PR yang harus diselesaikan untuk mengaplikasikan mesin itu ke sebuah kapal berukuran besar," kata dia.

"Perancis sudah menunjukkan bahwa masalah ini bukan sekadar memasang lebih banyak reaktor tetapi harus dirancang ulang dan China harus mengatasi semua masalah ini sendirian," lanjut Li Jie.

Sejauh ini, Amerika Serikat adalah satu-satunya negara yang memiliki teknologi nuklir yang sudah amat matang untuk diaplikasikan ke kapal-kapal besar.

AL Amerika Serikat kini memiliki satu kapal induk kelas Ford dan 10 kapal induk kelas Nimitz yang semuanya bertenaga nuklir dan masih dioperasikan.

Perancis adalah satu-satunya negara di luar AS yang memiliki sebuah kapal induk bertenaga nuklir yaitu Charles de Gaulle, tetapi kapal ini sekarang dihantui masalah mesin.