Salin Artikel

Salah Abdeslam: "Penjahat Kelas Teri" yang Bergaul dengan Kaum Radikal

Hal itu tak lepas dari "kiprahnya" sebagai salah satu bagian aksi teror yang menyerang Paris, Perancis, di 13 November 2015.

Aksi teror yang diklaim didalangi oleh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) itu menewaskan 137 orang tewas, dan melukai 413 orang lainnya.

Pria yang menjadi radikal karena pengaruh sahabatnya, Abdelhamid Abaaoud itu bakal kembali menjalani persidangan Kamis (8/2/2018).

Dilansir BBC Indonesia Selasa (6/2/2018), berikut adalah lima hal yang perlu diketahui tentang Abdeslam.

1. Bisa Divonis 40 Tahun Penjara
Pasca-serangan teror di Paris, Abdeslam diketahui melarikan diri ke rumahnya di Brussels.

Gabungan polisi Belgia dan Perancis kemudian melakukan penyisiran di sejumlah distrik di Brussels.

Pada 18 Maret 2016, empat bulan setelah serangan, polisi menemukan Abdeslam tengah bersembunyi di sebuah ruangan bawah tanah di Molenbeek, dekat dengan rumah keluarganya.

Abdeslam dan rekannya, Sofien Ayari asal Tunisia, berusaha melawan dengan melepaskan tembakan.

Abdeslam kemudian ditembak sebelum dibekuk. Sementara Ayari ditangkap tanpa perlawanan.

Keduanya dijerat dakwaan berusaha melukai polisi, aksi terorisme, hingga kepemilikan senjata api ilegal.

"Untuk tindakan ini, dia mungkin bakal mendapat hukuman hingga 40 tahun," kata Ketua Pengadilan Brussels, Luc Hennart, kepada Reuters TV.

Adapun Ayari, berdasarkan penelusuran media Belgia, diidentifikasi sebagai anggota ISIS asal Suriah.

Dikatakan, Ayari masuk ke Eropa melalui Yunani dengan berpura-pura sebagai pengungsi pada September 2015, dan berganti nama menjadi Monir Ahmed Alaaj dan Amine Choukri.

2. Diduga Berhubungan dengan Pelaku Bom Brussels
Empat hari setelah Abdeslam ditangkap, Brussels diguncang tiga serangan bom bunuh diri (22/3/2016).

Serangan yang terjadi di Bandara Zaventem dan Stasiun Bawah Tanah Maalbeek itu menewaskan 35 orang, dan melukai 340 lainnya.

Jaksa Belgia percaya bahwa Abdeslam terkait dengan serangan di Brussels. Meski, mereka tidak mengajukan dakwaan kepadanya.

Abdeslam dianggap sebagai bagian dari sel ISIS yang disiapkan untuk melakukan serangan saat perayaan Paskah.

Namun, modus mereka terungkap begitu polisi menangkap Abdeslam. Anggota ISIS yang lain kemungkinan khawatir jika ikut terungkap, dan memutuskan melakukan serangan lebih dini.

Namun, kuasa hukum Abdeslam, Sven Mary, menyatakan kliennya sama sekali tidak tahu-menahu soal tiga bom bunuh diri tersebut.

3. Seharusnya, Abdeslam Tewas di Paris
Kepada polisi Perancis yang menanyai Abdeslam setelah penangkapan, dia sebenarnya sudah berencana mengambil bagian sebagai salah satu "pengantin".

Ketika dia menjadi sopir tiga pelaku bom bunuh diri, Abdeslam mengaku sudah memasangkan sabuk bom bunuh diri di pinggangnya.

Namun, sabuk tersebut rupanya gagal meledak. Abdeslam lantas membuangnya ke tempat sampah.

Versi penyidik, saat itu Abdeslam menyatakan berubah pikiran setelah hendak berniat meledakkan Stade de France, tempat laga uji coba Perancis kontra Jerman.

Namun, radio Perancis mengutip ucapannya yang terekam di komputer, sabuk Abdeslam memang tidak berfungsi.

"Saya sangat ingin bersama mereka (pelaku bom bunuh diri). Namun, Tuhan berkehendak lain," katanya seperti dikutip radio tersebut.

4. Abdeslam Telah Berhenti Berbicara
Sejak dipindahkan ke Perancis di April 2016, tercatat Abdeslam telah lima kali menjalani interogasi, dengan yang terakhir terjadi pada November 2016.

Namun, pria 28 tahun tersebut dengan konsisten menolak setiap pertanyaan yang diajukan oleh penyidik.

Namun, menurut kantor berita AFP, Abdeslam sempat menanggapi pertanyaan seorang perempuan yang menulis kepadanya di penjara.

"Saya tidak malu dengan siapa saya sebenarnya," ujar Abdeslam menjawab pertanyaan perempuan tersebut.

5. Abdeslam Pindah Penjara
Pria yang pernah menjadi buronan paling dicari di Benua Biru itu dipindahkan dari penjaranya di Fleury-Merogis, kawasan selatan Perancis, menuju penjara yang berbatasan dengan Belgia.

Pemindahan itu dilakukan agar memudahkan Abdeslam dibawa selama masa persidangannya di Palais de Justice, Brussels.

Penjara yang digunakan untuk menampung Abdeslam adalah Vendin-le-Vieil yang terletak di kota Lille.

Penjara tersebut merupakan salah satu penjara dengan keamanan tertinggi di Perancis. Dan, menurut sumber internal, Abdeslam memiliki seluruh ruang bagi dirinya sendiri.

Penjara itu menjadi perbincangan ketika pada 12 Januari lalu, seorang narapidana Al Qaeda dilaporkan menusuk tiga sipir di sana.

Napi asal Jerman, Christian Ganczarski, tengah disiapkan untuk diekstradisi ke Amerika Serikat (AS).

Dia diduga tidak hanya terlibat dalam serangan 11 September (Insiden 9/11) di Menara World Trade Center.

Namun juga peledakan ke Sinagoga Ghriba Djerba di Tunisia pada 2002, dan menewaskan 21 orang.

14 di antara 21 orang yang tewas merupakan turis asal Jerman. Sisanya terbagi lima warga lokal Tunisia, dan dua warga negara Perancis.

https://internasional.kompas.com/read/2018/02/07/19254411/salah-abdeslam-penjahat-kelas-teri-yang-bergaul-dengan-kaum-radikal

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke