KATHMANDU, KOMPAS.com - Tiga pendaki tewas di Everest akhir pekan lalu, sementara satu pendaki lainya, hingga kini belum ditemukan.
Informasi ini diungkapkan beberapa pejabat setempat, seperti diwartakan kantor berita AFP, Senin (22/5/2017).
Peristiwa ini menjadi salah satu episode paling mematikan di Everest, sejak bencana longsor melanda sebuah kamp di wilayah itu dua tahun lalu. Kala itu ada 18 orang yang tewas.
Baca: Perempuan India Capai Puncak Everest Dua Kali dalam 5 Hari
Lebih dari selusin pendaki juga telah diselamatkan dari gunung berketinggian 8.848 meter itu, dalam tiga hari terakhir.
Umumnya, para pendaki itu mengalami kesulitan saat mencoba mencapai puncak. Demikian diungkapkan beberapa operator yang melakukan penyelamatan dengan helikopter.
Kematian akhir pekan lalu diduga terkait dengan penyakit ketinggian. Jumlah korban itu menambah deretan nama korban tewas menjadi lima orang dalam musim pendakian ini.
Disebutkan, musim pendakian ini diiringi dengan cuaca yang tidak dapat diprediksi, dengan angin kencang dan suhu yang sangat dingin.
Cuaca tenang selama akhir pekan lalu, membuka sedikit peluang bagi para pendaki untuk mencoba menaklukkan "atap dunia" tersebut.
Lebih dari seratus pendaki diperkirakan akan berusaha untuk mencapai puncak dari sisi selatan Nepal pada hari Senin, sebelum perubahan cuaca membawa angin kencang.
Prediksi cuaca tersebut yang dijadikan pegangan oleh para pendaki.
Para korban tewas
Pendaki Slovakia, Vladimir Strba ditemukan tewas di Everest pada hari Minggu, beberapa ratus meter dari puncak.
Informasi ini diberikan oleh Kamal Parajuli dari Departemen Pariwisata Nepal.
Disebutkan, Srtba berada di atas ketinggian 8.000 meter -yang dikenal sebagai "zona kematian" di gunung itu, saat dia meninggal.