Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kremlin Bantah Dalangi Kudeta dan Pembunuhan di Montenegro

Kompas.com - 20/02/2017, 22:18 WIB

MOSKWA, KOMPAS.com - Kremlin, Senin (20/2/2016), membantah tudingan "tidak bertanggung jawab" oleh pemerintahan Montenegro, yang mengatakan bahwa Rusia terlibat dalam upaya pembunuhan perdana menteri negara tersebut.

Jaksa Agung Montenegro Milivoje Katnic, Minggu (19/2/2016), menuding Mokwa terlibat dalam persekongkolan tersebut pada Oktober 2016.

Katnic menduga, tujuan Rusia adalah menaikkan seorang tokoh oposisi ke kekuasaan sekaligus mencegah penyatuan negara pecahan Yugoslavia tersebut ke dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

"Sekarang, kami tahu bahwa sejumlah lembaga negara Rusia terlibat. Kini terserah kepada lembaga tersebut menyelidiki hal itu," kata dia kepada stasiun televisi Prva TV, seperti diberitakan Reuters.

Saat menanggapi tudingan tersebut, Kremlin membantah dan menyebutnya konyol. Mereka juga membantah mencampuri urusan dalam negeri Montenegro.

"Itu tudingan sangat berbahaya. Mereka mengeluarkan tudingan tidak bertanggung jawab karena tidak didukung oleh informasi yang terpercaya," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, kepada wartawan.

Pada 16 Oktober 2016, saat penduduk Montenegro menggunakan hak mereka memilih anggota parlemen, petugas menangkap 20 orang dari negara tetangga Serbia karena diduga merencanakan serangan bersenjata.

Sejumlah partai oposisi menuding pemerintah, yang memenangi pemilu, telah sengaja menciptakan kudeta tersebut untuk menggalang kekuasaan di negara anggota termuda NATO tersebut.

Sementara itu, menurut sejumlah media, Rusia saat ini tengah mencoba untuk mencegah negara-negara tetangga mereka di perbatasan bagian barat – seperti Serbia, Montenegro, dan Ukraina – untuk bergabung lebih jauh ke dalam NATO.

Negara tersebut adalah pertahanan terakhir Rusia dari ancaman NATO dan berperang penting dalam kemenangan Moskwa pada Perang Dunia II melawan persekutuan Jerman.

Di negara Balkan – seperti Bosnia, Bulgaria, Makedonia, Serbia, dan Mentenegro – Rusia mengkampanyekan propaganda melalui stasiun televisi RT mengenai kebobrokan Uni Eropa dan NATO.

Hasilnya terlihat di Serbia, di mana 67 persen warga negara tersebut lebih memilih bersekutu dengan Rusia dibanding Eropa ataupun NATO, demikian laporan dari The Washington Post.

Selain itu, Rusia menjadi perhatian dunia karena diduga campur tangan dalam pemenangan Donald Trump dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat pada November 2016.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com