LONDON, KOMPAS.com – Lembaga pegiat kemanusiaan Oxfam, Selasa (23/8/2016), menuduh para menteri Inggris ‘menyangkal dan mengacau’ terkait kesepakatan penjualan senjata ke Arab Saudi, yang dapat digunakan di Yaman.
Pemerintahan Yaman yang didukung Arab Saudi telah berperang melawan pemberontak Houthi, yang didukung oleh Iran.
Pemerintah Inggris saat ini tengah menghadapi sejumlah desakan pelarangan penjualan senjata ke Arab Saudi.
Ada kekhawatiran bahwa terjadinya pelanggaran hukum kemanusiaan dalam perang di Yaman, seperti dilaporkan BBC News.
Seorang juru bicara pemerintah Inggris mengatakan, pihaknya puas karena kesepakatan Arab Saudi memenuhi ‘persyaratan izin ekspor’ Inggris.
Menurut Oxfam, Inggris telah berubah dari ‘pendukung kuat’ (enthusiastic backer) Traktat Perdagangan Senjata menjadi ‘salah satu pelanggar paling penting’.
Traktat tersebut menentukan standar internasional perdagangan senjata konvensional dan berusaha mencegah perdagangan senjata gelap.
Juga untuk memastikan senjata tidak digunakan bagi kejahatan perang, pelanggaran hak asasi manusia, dan tidak akan dialihkan untuk penggunaan yang ilegal.
Pertempuran di Yaman melibatkan sejumlah kelompok bersenjata. Namun, pertempuran paling sengit terjadi antaran pasukan loyalis Presiden Abdu Rabbo Mansour Hadi dan sekutu pemberontak Zaidi Shia atau yang dikenal dengan nama Houthi.
Houthi telah menyebabkan Hadi melarikan diri dari Sana'a, ibu kota Yaman pada Februari 2015 dan tinggal di pengasingan di Arab Saudi.
Pasukan Yaman sendiri telah terpecah. Di satu sisi ada yang mendukung Hadi, dan di sisi lain mendukung Houthi dan pendahulu Hadi, Ali Abdullah Saleh, yang masih berpengaruh.
Baik Hadi maupun Houthi berperang melawan kelompok Al Qaeda di wilayah Semenanjung Arab (AQAP).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.