Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/08/2016, 16:14 WIB

DEN HAAG, KOMPAS.com — Ahmad al-Faqi al-Mahdi, pemimpin kelompok militan Mali Ansar Dine yang berafiliasi dengan Al-Qaeda, meminta maaf di hadapan majelis hakim Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) di Den Haag, Belanda.

Dia meminta maaf karena memerintahkan penghancuran sejumlah situs bersejarah di kota Timbuktu saat kelompoknya menguasai wilayah utara Mali pada 2012.

"Saya meminta maaf dan berharap saya dilihat sebagai anak laki-laki yang kehilangan arah," ujar Al-Mahdi, Senin (22/8/2016), di sidang ICC.

Di hadapan para hakim, Al-Mahdi berulang kali mengucapkan kata maaf dan menyesal atas semua kehancuran yang diakibatkannya.

Dia mengaku bersalah telah memerintahkan serangan terhadap sembilan tempat suci dan Masjid Sidi Yahia antara 30 Juni dan 11 Juli 2012.

Al-Mahdi, berusia sekitar 40-an, merupakan anggota kelompok militan Islam pertama yang diadili di ICC sekaligus menjadi orang pertama yang menghadapi tuduhan melakukan sebuah penghancuran kebudayaan.

"Saya meminta maaf kepada seluruh rakyat Timbuktu. Saya juga meminta maaf dari para leluhur yang membangun tempat-tempat suci yang saya hancurkan," tambah Al-Mahdi.

Serangan kelompok militan Ansar Dine ke sejumlah tempat bersejarah itu mengundang kecaman dari seluruh dunia, dan para arkaelog berharap pengadilan ini membawa pesan bahwa para perusak warisan masa lampau pasti akan mendapatkan hukuman.

"Saya memberikan janji bahwa ini adalah perbuatan buruk saya yang pertama dan terakhir," lanjut Al-Mahdi.

Jaksa penuntut di awal sidang menyebutkan, mereka sudah membuat kesepakatan dengan tim kuasa hukum Mahdi yang meminta hukuman penjara maksimal 11 tahun. Sebagai imbalannya, Mahdi memastikan dia tak akan mengajukan banding.

Para hakim mengetahui kesepakatan ini, tetapi mereka memperingatkan Mahdi bahwa para hakim tak terikat perjanjian tersebut, dan Mahdi tetap terancam hukuman maksimal, yaitu 20 tahun penjara.

Dalam kesempatan yang sama, Mahdi juga meminta kepada umat Muslim di seluruh dunia agar tak mengikuti jejaknya melakukan penghancuran.

"Sebab, penghancuran tidak akan membawa kebaikan apa pun bagi umat manusia," ujar Al-Mahdi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com