Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembunuhan di India Picu Kerusuhan di Kongo

Kompas.com - 08/07/2016, 21:39 WIB

KISHASA, KOMPAS.com - Para pedagang keturunan India di Kinshasa, Kongo, Jumat (8/7/2016), terpaksa tinggal di dalam rumah dan dicekam ketakutan setelah kekerasan melanda kota itu.

Aksi kekerasan itu dipicu kabar pembunuhan seorang perempuan Kongo di kota Hyderabad, wilayah utara India.

Kabar pembunuhan perempuan Kongo itu direspon warga permukiman kumuh Kinshasa  dengan aksi serangan terhadap berbagai tempat bisnis milik warga keturunan India.

Berdasarkan kabar yang beredar di media sosial, sejumlah media cetak India, Rabu (6/7/2016), mengabarkan bahwa seorang pria India membunuh istrinya, Cynthia Vechel karena dituduh berselingkuh.

Setelah membunuh, pria India itu kemudian memotong-motong tubuh istrinya  yang asal Kongo tersebut untuk menutupi jejak kejahatannya.

Pada Kamis pagi, di bundaran Ngaba yang terletak di salah satu distrik termiskin di Kinshasa, warga melempari toko-toko milik warga India dengan menggunakan batu dan mencoba membunuh pemiliknya.

"Kami ingin membalaskan dendam saudari kami," kata seorang pedagang kaki lima yang hanya mengaku bernama Rodrigue.

Seperti banyak negara di Afrika, sebagian besar sektor eceran di Kongo terutama pakaian, kosmetik dan peralatan elektronik didominasi para pedagang keturunan India.

Bukan kali ini saja sentimen anti-warga keturunan India terjadi di Kongo. Pada Mei lalu kerusuhan terjadi setelah pembunuhan seorang guru asal Kongo oleh tiga warga India di New Delhi.

Namun sebagian warga Kongo mengatakan, insiden pekan ini terjadi karena ketidakpastian politik dan buruknya kondisi ekonomi.

"Ini semua kesalahan pemerintah yang tidak peduli dengan rakyat mereka sendiri," kata David, seorang warga Kinshasa.

"Jika mereka tetap berkuasa, mereka harus memikirkan rakyat, tapi nyatanya  mereka tak memikirkan rakyat. Kondisi kami sangat buruk, inflasi tinggi dan anggaran dipangkas," tambah David.

Presiden Joseph Kabila, yang berkuasa sejak 2001, diyakini tengah berusaha mengubah konstitusi untuk menjabat ketiga kalinya setelah masa jabatan keduanya habis akhir tahun ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com