Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Menang di Referendum, Politisi Pro-Brexit "Pensiun"

Kompas.com - 04/07/2016, 19:35 WIB

LONDON, KOMPAS.com - Nigel Farage, salah satu politisi Inggris yang mendorong warga negeri itu memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa, Senin (4/7/2016), menyatakan mundur dari kursi pemimpin Partai UK Independence Party (UKIP).

"Saya memutuskan untuk mundur sebagai ketua UKIP. Kemenangan pihak 'leave' dalam referendum berarti ambisi politik saya sudah tercapai," ujar Farage dalam sebuah jumpa pers.

Politisi berusia 52 tahun itu mengatakan, siapapun yang menggantikan David Cameron sebagai perdana menteri haruslah seorang pendukung Brexit dan harus segera menegosiasikan kepergian Inggris dari Uni Eropa.

"Saya akan mengawasi proses renegosiasi di Brussels layaknya seekor elang dan mungkin memberikan komentar di parlemen Eropa," gtambah dia.

"Seperti kita ketahui, Inggris akan meninggalkan Uni Eropa tetapi syarat-syarat pengunduran diri tidak jelas," lanjut dia.

Farage sudah dua kai menyatakan mundur sebagai pemimpin partai . Kali pertama pada 2009 karena kisruh internal partai.

Pengunduran diri kedua pada 2015 setelah gagal menjadi anggota parlemen. Namun, di kedua kesempatan itu, Farage memutuskan untuk urung mundur.

"Kali ini, saya tak akan mengubah keputusan. Saya berjanji," ujar Farage.

Farage, yang menjadi anggota parlemen Eropa sejak 1999, mengusung agenda Brexit dengan mendengungkan isu migrasi massal warga Uni Eropa.

Dia juga mendesak publik Inggris untuk memberi para elite politik "hidung yang berdarah-darah".

Sepanjang kampanyenya mendorong keluarnya Inggris dari Uni Eropa, Farage mampu mengubah citranya sebagai seorang tokoh untuk rakyat.

Dia kerap difoto sambil memegang segelas bir dan pesannya "untuk kembali mengambil kendali" terngiang di telinga para pekerja kerah biru dan kerah putih di negeri itu.

Dia berkeliling Inggris tanpa lelah dalam masa kampanye jelang referendum, tiba di tiap lokasi dengan menggunakan bus tempur yang mengumandangkan lagi tema film "The Great Escape".

Farage juga menimbulkan kontroversi dengan menyebut para perempuan Inggris berisiko menjadi korban perkosaan para imigran, sampai Uskup Agung Canterbury Justin Welby menyebut Farage meligitimasi rasialisme.

Namun, semua itu membawa kemenangan untuk Farage dan cukup untuk menempatkan nama politisi kontroversial ini di halaman buku sejarah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com