Laporan ini disusun oleh pakar yang ditunjuk Royal Australasian College of Surgeons (RACS).
Tujuannya ialah untuk menindaklanjuti pernyataan dokter spesialis bedah vaskular dr Gabrielle McMullin bahwa koleganya, terutama yang masih pelatihan, takut melaporkan pelecehan yang mereka alami.
Laporan ini mengungkapkan, banyak kasus para dokter bedah yunior diminta memberikan layanan seksual dalam proses tutorial mereka, sementara yang lainnya sering kali dipermalukan di depan umum.
Rob Knowles, yang memimpin kelompok pakar, mengaku kaget dengan temuan mereka.
"Saya kaget dan merasa tidak percaya betapa suburnya budaya bullying dan pelecehan di kalangan profesi dokter dan pekerja kesehatan lainnya," kata Knowles kepada ABC.
Laporan ini menyebutkan, kasus bullying dialami oleh hampir 40 persen dokter bedah, dokter training, dan mahasiswa internasional yang baru lulus jadi dokter.
Selain itu, sekitar 20 persen dokter bedah mengaku mengalami diskriminasi dan pelecehan di tempat kerja dan 7 persen di antaranya menjelaskan secara terperinci bagaimana mereka mengalami pelecehan seksual.
Laporan ini memuat rincian bentuk-bentuk pelecehan yang dialami salah seorang dokter bedah yang menjadi sumber. Ia mengaku, "Saya diminta melayaninya secara seksual di ruang praktiknya saat sedang tutorial."
Menanggapi temuan ini, Ketua RACS Profesor David Watters secara resmi mengeluarkan permintaan maaf secara tertulis kepada semua dokter yang menjadi korban.
Pihak RACS menyatakan mengakui fakta-fakta dalam laporan ini dan berjanji akan menerapkan perubahan, termasuk menindak para pelaku mulai November mendatang.
Salah satu yang akan segera diterapkan adalah adanya jaminan bagi mereka yang melaporkan terjadinya bullying dan pelecehan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.