Aylan kecil meninggal bersama kakaknya Galip (5 tahun), dan ibunya Rehan ketika kapal mereka terbalik saat mencoba untuk mencapai pulau Kos di Yunani pada tengah malam.
Foto jenazah bocah itu, yang ditemukan di sebuah resor di Bodrum, Turki pada Rabu (2/9/2015) pekan lalu, dibagi jutaan kali di media sosial dan diterbitkan di berbagai surat kabar di seluruh dunia.
Hal tersebut memicu perdebatan di seluruh dunia dan memunculkan curahan simpati. Sejumlah rangkaian bunga ditempatkan di dekat pantai di bocah itu ditemukan dan bunga-bunga lain di dilarung laut sebagai tanda duka.
Namun hal itu juga menunjukkan sebuah krisis kemanusiaan yang besar. Puluhan foto yang sama muncul pada Agustus lalu saat ribuan migran terus melarikan diri dari daerahnya yang dilanda perang.
Bulan lalu, lima jenazah anak kecil ditemukan di Libya oleh penjaga pantai Zuwara setelah kapal yang membawa sekitar 450 orang terbalik di lepas pantai. Foto-foto yang diambil selama proses penyelamatan menunjukkan seorang gadis cilik tergeletak tak bernyawa di pasir. Dia mengenakan celana panjang pink dan atasan bernuansa bunga. Di sampingnya ada jenazah seorang anak kecil yang masih menggunakan popok dan seorang anak lebih tua yang masih mengenakan jumper biru yang sudah tergenang air dan celana pendek hitam.
Anak-anak tersebut termasuk di antara 2.500 orang yang telah kehilangan nyawa tahun ini saat melarikan diri dari kekerasan, penindasan dan kemiskinan.
Bulan Sabit Merah Lybia secara teratur melaporkan jenazah-jenazah yang ditemukan di pantai negara itu.
Banyak dari para migran meninggalkan negara yang dilanda perang seperti Suriah. Mereka didorong oleh para pedagang manusia untuk melakukan perjalanan berbahaya melintasi Laut Tengah ke Eropa.
Perang saudara di Suriah dimulai pada awal 2011 setelah tindakan keras pemerintahan Presiden Bashar al-Assad menyebabkan protes di seluruh negeri. Rezim pro-Assad sejak itu dituduh telah menggunakan napalm, cairan yang mudah terbakar yang dilarang digunakan di daerah-daerah sipil oleh PBB, dalam serangan udara yang menewaskan ribuan orang. Kelompok-kelompok hak asasi manusia juga mengklaim para pendukung rezim itu menggunakan bom barel dalam menyasar sekolah, rumah sakit dan pasar.
Diperkirakan seperempat juta orang tewas sejauh ini dalam perang sipil dan setengah dari negara itu telah terlantar akibat pertempuran. Situasi rakyat Suriah memburuk pada musim panas ini setelah militan ISIS menembus Kobane. Kota itu, yang terletak di Suriah utara dekat perbatasan Turki, telah menjadi pusat pertempuran antara kelompok ekstremis dan para pejuang Kurdi selama hampir satu tahun.
Orang-orang Kurdi, yang didukung serangan udara yang dipimpin AS, mengalahkan kaum militan dan menguasai kota itu pada Januari. Namun pada Juni militan ISIS menyerang kota, meledakkan bom bunuh diri dan memaksa pasukan Kurdi melakukan pertempuran di jalan-jalan.