Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Irak Hentikan Penayangan Film "American Sniper"

Kompas.com - 03/02/2015, 16:49 WIB
BAGHDAD, KOMPAS.com — Satu-satunya gedung bioskop di Baghdad, Irak, pekan lalu menarik film American Sniper yang tengah ditayangkan setelah mendapatkan telepon dari seorang pejabat senior pemerintahan yang menyebut film tersebut menghina bangsa Irak.

Seperti dikabarkan harian The Washington Post, pengelola bioskop Baghdad, Fares Hilal, dia menghentikan film yang baru ditayangkan selama sepekan itu setelah Kementerian Kebudayaan mengancam akan menutup bioskop itu dan menjatuhinya hukuman denda.

"Dia (pejabat kementerian) mengatakan, film itu menghina bangsa Irak. Jika kami tetap menayangkannya, kami akan dikecam. Namun, jika kami tak tayangkan, kami kehilangan banyak uang karena banyak orang ingin menonton film itu," ujar Hilal.

Bioskop itu baru dibuka tahun lalu di sebuah pusat perbelanjaan mewah Mansour Mall di pusat kota Baghdad. Sebelumnya, film ini juga sudah menayangkan beberapa film Hollywood, seperti The Hobbit: The Battle of the Five Armies versi tiga dimensi.

Meski ditentang pemerintah, selama sepekan ditayangkan, tiket film American Sniper selalu habis terjual. Bahkan sejumlah warga Baghdad harus membeli tiket sepekan sebelum film ditayangkan.

Tampaknya warga Baghdad yang sudah menyaksikan film tentang kisah hidup Chris Kyle, seorang penembak jitu anggota marinir AS itu, sangat menyukai film besutan Clint Eastwood tersebut.

"Para penonton sangat berkonsentrasi menyaksikan film itu. Bahkan mereka berteriak-teriak, menyuruh Chris segera menembak seseorang yang membawa bom tanpa perlu meminta izin atasannya," kata Gaith Mohammad, salah seorang warga yang sudah menyaksikan film tersebut.

Memang sempat terjadi kemarahan dari penonton ketika Chris Kyle, yang diperankan aktor Bradley Cooper, menembak mati seorang bocah yang membawa sebuah peluru roket dan berlari mendekati sebuah konvoi marinir AS.

Seorang warga Baghdad, Sarmad Moazzem, menilai film tersebut terlalu menyederhanakan masalah dan gagal membedakan antara milisi Syiah dan Sunni. Film ini, menurut Moazzem, hanya menggambarkan seluruh warga Irak adalah teroris.

Sementara itu, Ahmed Kamal yang menonton film itu dari versi bajakan mengatakan, dia tak sudi membayar untuk menonton sebuah film yang menggambarkan bangsa Irak sebagai bangsa biadab.

Sedangkan seorang remaja, Yasser Bakr, yang bekerja di tempat hiburan anak-anak di mal tersebut, mengatakan bahwa dirinya tak merasa tersinggung dengan kisah film itu. "Itu sekadar sebuah film yang mengisahkan sesuatu yang terjadi pada masa lampau," kata Yasser.

Apa pun kontroversinya, film ini meraup sukses besar. Sejak dirilis Januari lalu, film ini sudah menghasilkan uang sebesar 247,7 juta dollar AS dan masuk nominasi salah satu film terbaik ajang Oscar 2015.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com