Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Yaman Ditawan

Kompas.com - 22/01/2015, 14:00 WIB
SANA’A, KOMPAS.com - Staf Kepresidenan Yaman menyatakan, Rabu (21/1/2015), pemberontak Houthi menjadikan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi sebagai tawanan setelah menduduki istana kepresidenan. PBB mengecam serangan itu dan tetap mengakui Hadi sebagai otoritas yang sah.

Mengutip staf kepresidenan Yaman, kantor berita Associated Press melaporkan, pemberontak Houthi menahan Presiden Hadi sebagai tawanan. ”Dia tidak bisa meninggalkan kediamannya,” kata staf kepresidenan itu.

Kelompok Houthi, yang beraliran Syiah dan bermitra dengan Iran, mengambil alih pengamanan kediaman Presiden Hadi. Situasi di Sana’a terus memburuk menyusul pertempuran dua hari di ibu kota Yaman itu.

Pemberontak Houthi membantah tuduhan bahwa mereka menggulingkan kekuasaan Hadi. Namun, mereka hampir menguasai Sana’a setelah memenangi kontak senjata dan perang artileri, beberapa hari terakhir.

Selasa lalu, milisi Houthi mengalahkan pasukan pengamanan Presiden dalam kontak senjata di kompleks kediaman Presiden. Laporan yang dikutip reporter Al Jazeera menyebutkan, pasukan pengamanan Presiden Yaman juga mendapat serangan dari para penembak jitu.

Setelah pasukannya menguasai kediaman presiden, Selasa malam, pemimpin Houthi Abdel-Malek al-Houthi dalam pidatonya di televisi mengancam bakal mengambil tindakan-tindakan lebih lanjut jika Hadi tidak memenuhi tuntutannya untuk mengubah konstitusi yang bakal memperkuat posisi Houthi.

Rabu pagi, dilengkapi kendaraan lapis baja, milisi Houthi telah mengambil alih pengamanan kediaman Hadi. ”Presiden Hadi masih di rumahnya. Tidak ada masalah, dia bisa pergi,” kata Mohammed al-Bukhaiti, anggota politbiro Houthi, kepada Reuters.

Yaman, negeri berpenduduk 25 juta jiwa yang jatuh miskin, terkoyak pergolakan kelompok Islamis, konflik separatis, perang sektarian, dan krisis ekonomi selama bertahun-tahun. Peristiwa Musim Semi Arab 2011, yang berdampak lengsernya Presiden Ali Abdullah Saleh membuat kekacauan di Yaman makin parah.

Houthi, kelompok pemberontak beranggotakan minoritas Syiah yang pernah 1.000 tahun memimpin kerajaan di Yaman hingga 1962 menyerbu Sana’a, September lalu.

Kelompok itu dikenal luas sebagai mitra Iran dalam berebut pengaruh di kawasan, menghadapi Arab Saudi.

”Semua opsi terbuka dan tanpa pengecualian. Langit-langit sangat-sangat tinggi. Karena itu, saya di sini menyarankan kepada Presiden. Terapkan kesepakatan ini. Ini demi keuntungan Anda dan rakyat Anda,” kata Abdel- Malek al-Houthi, pemimpin Houthi, dalam siaran televisi.

Pidato Abdel-Malek memperlihatkan, gerakan yang dipimpinnya saat ini praktis mengontrol Yaman. Koran Al Masdar menyebut Abdel-Malek sebagai ”Presiden-nya Presiden”.

Sesuai kesepakatan, kelompok Houthi pimpinannya mendapat peran di seluruh lembaga militer dan badan sipil. Menteri Informasi Yaman Nadia al-Saqqaf menyebut, pertempuran di kediaman Presiden Hadi sebagai upaya menggulingkan pemerintah.

Protes atas pemberontakan Houthi, otoritas di Yaman selatan menutup bandar udara di Aden, kota kedua di Yaman, hingga waktu yang belum ditentukan.

Kemunculan Houthi di Yaman memunculkan kekhawatiran meluasnya kekacauan negeri itu. Dewan Keamanan PBB merilis pernyataan berisi kecaman atas kekerasan serta ungkapan keprihatinan pada ”krisis politik dan keamanan yang memburuk”.

DK PBB tetap mengakui Presiden Hadi sebagai ”otoritas yang sah”. Mereka menyerukan semua pihak agar kembali dan menerapkan secara penuh Kesepakatan Perdamaian dan Kerja Sama Nasional (PNPA), yang disepakati pada September lalu.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon meminta agar pertempuran dihentikan secepatnya. (AP/AFP/REUTERS/SAM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com