Sejumlah pesan diunggah ke internet termasuk ke akun Facebook dengan nama "Benghazi Dilindungi Rakyatnya".
Pesan internet itu mengajak rakyat Libya menutup jalan keluar masuk ibu kota Tripoli dan menculik warga negara AS dan sekutunya untuk digunakan sebagai alat tukar pembebasan anggota kelompok militan yang ditahan.
Pesan itu juga meminta warga Libya merusak pipa gas yang memasok gas ke Eropa dan menyerang kapal laut serta pesawat udara milik AS dan sekutunya.
"Libya saat ini masih sebuah tempat yang diperintah oleh sesuatu yang bukan selain Syariah Islam sehingga tidak ada tempat aman bagi musuh-musuh Islam," demikian isi pesan yang diunggah Facebook.
Pesan lain diunggah ke berbagai forum internet dan media sosial. Sebuah kelompok yang menamakan diri "Para Revolusioner Benghazi-Al-Bayda, Derna" mengecam penangkapan tokoh Al Qaeda itu.
Kelompok itu menuding Pemerintah Libya mengetahui operasi militer AS itu, meski PM Ali Ziedan menegaskan Pemerintah AS tidak memberi informasi apa pun kepada Libya soal operasi tersebut.
Kelompok ini bersumpah akan memerangi siapa pun yang mengkhianati Libya dan terlibat dalam konspirasi ini.
"Kami mengatakan tindakan memalukan ini akan merugikan Pemerintah Libya," tambah kelompok Revolusioner Benghazi.
Akhir pekan lalu, Nazih al-Rayge atau lebih dikenal dengan nama Abu Anas al-Liby ditangkap pasukan khusus AS dalam sebuah operasi militer. Dia adalah tersangka pengeboman kedubes AS di Kenya dan Tanzania yang menewaskan 224 orang.
Abu Anas al-Liby ditangkap di jalanan kota Tripoli dan kini ditahan di sebuah kapal perang AS di Laut Tengah.
Sejak tergulingnya Moammar Khadafy, kelompok-kelompok militan termasuk Al-Qaeda menggunakan Libya untuk menyelundupkan senjata dan sebagai basis para pejuangnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.