KIEV, KOMPAS.com - Seorang komandan tank perempuan pemberontak pro-Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan memutuskan membelot ke Ukraina.
Svetlana Dryuk berkata, dia telah menyerahkan rincian rencana tempur Rusia berisi invasi skala penuh ke Ukraina menggunakan 100.000 pasukan darat selama empat jam.
Selain itu, dia juga menyediakan informasi kepada intelijen Ukraina yang berujung kepada penghancuran delapan tank modern T-72 selama masa konflik.
Baca juga: Baku Tembak Pasukan India dan Pemberontak di Kashmir, 9 Orang Tewas
Dilaporkan Daily Mirror Selasa (5/3/2019), keputusan komandan berusia 40 tahun itu menjadi pembelot merupakan pukulan telak bagi Kremlin.
Pasalnya, sempat beredar video propaganda yang memperlihatkan Dryuk naik dari paramedis menjadi komandan tank dan naik sebagai pemimpin pemberontak yang dikabarkan bakal tayang Mei.
Pemberontak yang mempunyai julukan Veterok itu kini dikabarkan tinggal di Kiev bersama putrinya Batalya (19) dan putranya Dmitro.
Dalam wawancara dengan kanal Ukraina 1+1, dia mengatakan sikapnya didasari rasa "cinta" terhadap seorang perwira intelijen Ukraina.
"Kini saya mempunyai teman spesial. Dia jauh lebih penting bagi saya dibanding kesetiaan kepada pemberontak pro-Moskwa di timur Ukraina," ungkapnya.
Adapun nama mata-mata yang menjalin hubungan dengan Dryuk tidak disebutkan. Dryuk melanjutkan, dia dianggap simbol Novorossiya (timur Ukraina).
Dia mengungkapkan posisinya naik menjadi komandan markas besar pemberontak pro-Rusia pada 2014. "Orang kerap berkata kepada saya bahwa saya harus berjuang," ujarnya.
Dia mengklaim sudah memberikan data rencana infiltrasi yang dilakukan Kremlin ke Ukraina dalam waktu empat jam pada 2018 lalu.
Dalam rencana tersebut, dia berujar "dokumen pengenal khusus" dibuat oleh setiap pasukan Rusia yang hendak masuk ke Ukraina.
Dokumen palsu itu menjadikan prajurti Rusia menjadi warga Region Donetsk dan Luhansk, sesuai hukum internasional membuat mereka menjadi warga Ukraina.
Baca juga: Pemberontak di Burkina Faso Gunakan Mayat sebagai Bom
Dryuk menyatakan dia siap memberikan bukti itu kepada Pengadilan Internasional di Den Haag, dan siap angkat senjata bagi Ukraina.
"Jika mereka menyuruh saya membawa senapan mesin, saya bakal melakukannya. Jika mereka meminta saya menaiki tank, saya bakal menggunakan tank Ukraina," tegas dia.