PADA 11 November 2017, para pemimpin dari 21 negara termasuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, dan Presiden China Xi Jinping, akan turun langsung ke kota Da Nang, Vietnam Tengah.
Mereka akan menghadiri pertemuan para pemimpin Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik/Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC).
Sebanyak 21 pemimpin tersebut akan mendarat di Bandara Internasional Da Nang, menyeberangi Jembatan Sungai Han yang terkenal sebagai simbol kota pesisir, lalu melewati bangunan tertinggi di provinsi ini yakni Pusat Administrasi Da Nang yang memiliki 37 lantai, hingga tiba di Intercontinental Resort di mana pertemuan akan diadakan.
Kemajuan Da Nang yang menakjubkan itu merupakan hasil kerja keras seorang pria yang sangat luar biasa, yakni mendiang Nguyen Ba Thanh. Nguyen pernah memimpin kota Da Nang dari 1997 hingga 2013. Dia juga merupakan ketua Partai Komunis di kota tersebut.
Banyak angka-angka yang membuktikan keberhasilan Nguyen. Dari 1997 sampai 2008, pertumbuhan ekonomi Da Nang rata-rata 11,26 persen, jauh di atas rata-rata pertumbuhan nasional 7,06 persen.
Pada 1997, pendapatan per kapitanya mencapai VND 4,69 juta atau Rp 2,97 juta dan pada 2008, meningkat lebih dari empat kali lipat menjadi VND 23,62 juta atau Rp 14,04 juta.
Pada periode yang sama, jumlah rumah tangga yang berada di bawah garis kemiskinan juga turun dari 8,79 persen menjadi kurang dari 1 persen, sehingga Da Nang saat ini telah diangkat sebagai kota model serta menjadi simbol keberhasilan besar atas kecerdasan dan dinamisme orang Vietnam.
Dengan karakter yang menarik, bertekad kuat dan fokus mengejar keberhasilan, Nguyen memimpin sebagian besar perubahan ekonomi ini.
Saya menemui Hoang (bukan nama sebenarnya), seorang pedagang berusia 68 tahun yang tinggal di distrik Khue. Distrik yang memiliki sentuhan khusus dengan pemimpinnya.
"Dia menjelaskan mengapa kami harus pindah, mengapa tanah kami yang berada di sebelah sungai penting untuk pembangunan kota. Dia ramah, baik hati, dan dia juga memastikan telah berbicara dengan seluruh warga yang berjumlah 100 orang, walaupun hanya sebentar,” tutur Hoang.
"Dia pandai berbicara, perhatian, dan lucu! Setelah berbicara dengannya, saya dengan senang hati pindah," ujarnya lebih lanjut.
"Selama pemerintahannya, jalan-jalan raya menjadi lebih besar, lebih bersih dan Da Nang menjadi kota yang bisa saya banggakan," kata Hoang.
Hoang dulunya bagian dari kelompok besar para petani yang mengungsi demi pembangunan jalan dan pengembangan sungai.
Meskipun banyak dari mereka kehilangan tanah mereka, namun mereka mendapat kompensasi. Bahkan, negara membantu mereka mendapatkan hunian yang nyaman dengan harga terjangkau.