YANGON, KOMPAS.com – Myanmar memutuskan untuk mengakhiri operasi militer yang kontroversial,.yang telah berjalan selama empat bulan, di negara bagian Rakhine paling bergolak.
Para petinggi Myanmar mengatakan hal itu pada Kamis (16/2/2017) setelah operasi itu diwarnai kecamanan internasional karena kuatnya dugaan aparat melakukan kejahatan terhadap kemanusian dan pembersihan etnis, seperti dilaporkan Reuters.
Operasi keamanan digelar sejak militer memburu kelompok yang membunuh sembilan polisi di pos perbatasan dengan Myanmar pada 9 Oktober 2016.
Menurut estimasi Perserikatan Bangsa-Banga mengatakan, hampir 69.000 warga etnis minoritas Rohingya di Rakhine, Myanmar utara, melarikan diri ke Banglades akibat kekerasan aparat selama operasi militer itu.
Kekerasan seperti pembunuhan, pemerkosaan, hingga pembakaran permukiman Rohingya diduga terjadi selama empat bulan operasi militer itu, yang memicu kritik internasional atas pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi.
"Situasi di Rakhine utara telah kembali stabil. Operasi militer telah berakhir, jam malam pun dicabut, kecuali hanya polisi yang berada di lokasi untuk menjaga suasana agar tetap damai,” kata penasihat keamanan nasional yang baru Myanmar, Thaung Tun, yang dirilis kantor Suu Kyi, Rabu (15/2/2017).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.