Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS: Duterte Memicu Kekhawatiran di Dunia

Kompas.com - 24/10/2016, 17:34 WIB

MANILA, KOMPAS.com -  Diplomat tinggi Amerika Serikat di Asia, Daniel Russel, mengatakan, ucapan Presiden Filipina Rodrigo Duterte, telah menciptakan "iklim ketidakpastian".

Berbagai pernyataan keras Duterte terkait dengan hubungan Filipina dan AS juga memicu situasi darurat diplomatik di AS dan negara lain, seperti dilaporkan Deutche Welle.

Russel adalah Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik. Ia  adalah pejabat tertinggi pertama AS yang mengunjungi Filipina setelah kunjungan Duterte ke China.

Sepekan silam Duterte mengatakan akan "bercerai" dengan AS dalam lawatannya di Beijing. China. Belakangan Duterte meralat pernyataannya sendiri.

Menurut Duterte, ia tidak bermaksud memangkas hubungan diplomatik dengan AS, melainkan cuma megakhiri arah kebijakan luar negeri yang terlalu berorientasi pada Washington.

"Saya jelaskan kepada Menlu Filipina Perfecto Yasay Jr bahwa pernyataan Presiden (Duterte) telah menciptakan kekhawatiran besar,” kata Russel.

Kekhawatiran besar itu, “tidak cuma di level pemerintahan, tetapi juga komunitas lain seperti warga Filipina (di AS) dan juga di kalangan bisnis," ujar Russel. "Ini bukan tren positif," tambahnya.

Bersamaan dengan kunjungan Russel, militer AS juga memodifikasi pesawat kargo C-130T untuk diserahkan kepada militer Filipina.

Ketika ditanya apakah Filipina berniat serius membatalkan latihan militer bersama dengan AS di Laut China Selatan, Yasay enggan memberikan jawaban pasti.

Duterte, katanya, hanya ingin agar latihan tersebut meningkatkan kemampuan militer "untuk bisa mandiri."

"Jika ini tidak tercapai, dia mengatakan tidak perlu lagi melanjutkan program tersebut," kata Yasay.

Russel sendiri mengatakan pihaknya menyambut perbaikan hubungan antara Manila dan Beijing.

"Adalah hal yang salah menganggap bahwa normalisasi hubungan antara kedua negara akan merugikan AS," tuturnya. "Perkembangan ini bersifat menambah, bukan mengurangi."

Kendati begitu AS tetap menekankan pentingnya pemerintahan Filipina menghormati hak asasi Manusia (HAM) dalam perang narkoba yang hingga kini telah menelan 3.800 korban jiwa.

 "Saya jelaskan pentingnya mengormati hak sipil penduduk. Dan itu adalah bagian penting dari upaya melindungi masyarakat juga," ujarnya.

Russel mengatakan Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, telah menghubungi Yasay pada Senin (24/10/2016) untuk membahas hubungan kedua negara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com