Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter Terakhir di Kota Zabadani yang Terkepung Tewas Ditembak "Sniper"

Kompas.com - 08/04/2016, 09:56 WIB

DAMASKUS, KOMPAS.com - Seorang dokter terakhir di kota Zabadani yang terkepung tewas setelah ditembak seorang sniper.

Insiden ini terjadi beberapa hari sebelum PBB berencana menggelar operasi eakuasi medis besar-besaran dari kawasan-kawasan yang terkepung di Suriah.

Sang dokter dan seorang anggota tim penyelamat ditembak sniper pekan lalu setelah merawat seorang pasien. Demikian disampaikan lembaga amal Medecins Sans Frontieres (MSF).

Seorang dokter di kota Madaya yang bertetangga dengan kota Zabadani mengatakan, dokter yang tewas itu adalah Mohammed al-Kos, seorang ahli bedah berusia 70-an.

Baik kota Madaya maupun Zabadani telah dikepung pasukan pemerintah Suriah dan milisi Hezbollah sejak Juli tahun lalu.

Pengepungan ini merupakan pembalasan atas taktik serupa yang digunakan pasukan pemberontak terhadap dua kota di wilayah utara Suriah.

Sejumlah laporan menyebut, warga di kota-kota yang terkepung semakin kesulitan bahan pangan sehingga mereka harus makan rumput hingga kucing liar.

Meski pada 27 Februari lalu kedua pihak yang bertikai sepakat untuk menggelar gencatan senjata, ternyata upaya PBB dan badan-badan amal lainnya untuk masuk dan memberi bantuan bagi warga yang terkepung tetap sulit.

MSF mengatakan, konvoi bantuan tetap dilarang mengirimkan bantuan yang diperlukan untuk menyelamatkan nyawa misalnya obat-obatan.

Beberapa tempat termasuk Daraya dan Douma, sama sekali tak bisa ditembus konvoi bantuan. MSF memperkirakan sedikitnya 1,9 juta warga Suriah hidup dalam pengepungan.

Sementara itu, PBB berharap bisa memulai proses evakuasi hingga 500 warga yang sakit dan terluka di kota Madaya, Zabadani, Fua dan Kefraya dalam beberapa hari mendatang.

Namun, bisa jadi upaya PBB itu bagi banyak orang sudah sangat terlambat, termasuk lima orang yang tewas dalam beberapa hari terakhir.

Di antara mereka adalah tiga anak laki-laki yang tewas akibat terkena ledakan ranjau. Satu orang lagi tewas karena kelaparan setelah milisi Hezbollah menolak permohonan mereka untuk dievakuasi.

Selain menipisnya bahan pangan, nyaris tak ada dokter di kota-kota yang terkepung itu.
Di kota Madaya hanya ada lima dokter tersisa termasuk dua dokter gigi dan seorang dokter hewan.

Dr Mohaammed Darwih, salah seorang dokter gigi di Madaya, mengatakan, dia harus menangani semua masalah medis mulai dari pertolongan pertama hingga pembedahan.

"Beginilah situasi kami. Lama kelamaan kami jadi terbiasa," ujar Darwish.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com