Namun, di detik-detik terakhir dia berubah pikiran. Demikian disampaikan seorang jaksa Paris, Francois Molins.
Meski membuat pengakuan mengejutkan itu, ujar Francois, pernyataan Abdeslam itu harus diperlakukan dengan hati-hati.
"Pernyataan pertamanya, yang harus kita tanggapi dengan kehati-hatian, meninggalkan terlalu banyak pertanyaan yang harus dijawab Abdeslam khususnya keberadaan dia di distrik 18 Paris pada 13 November itu sekitar pukul 22.00," ujar Francois.
ISIS, yang mengaku mendalangi aski tersebut, dalam pernyataannya menyebut setiap lokasi serangan termasuk distrik 18 Paris.
Namun, pada kenyataannya, tidak ada serangan apapun di tempat itu.
Lebih jauh Francois menjelaskan, Abdeslam memang memiliki peran sentral dalam kelompok itu khususnya dalam hal perencanaan dan pengadaan logistik operasi.
Francois menyebutkan, Abdeslam diketahui melakukan perjalanan ke seluruh Eropa pada Juli, September, Oktober dan November termasuk mengantar anggota penyerang lainnya.
"Dia juga membeli detonator dan air teroksidasi yang digunakan untuk membuat bahan peledak," tambah Francois.
Saat ini Abdeslam masih ditahan di Belgia namun pemerintah Perancis meminta agar pria itu segera diekstradisi.
Namun, kata Francois, butuh setidaknya tiga bulan sebelum Abdeslam diserahkan ke aparat Perancis setelah pria 26 tahun itu menyatakan dia akan berusaha mencegah ekstradisinya ke negeri itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.