Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekjen PBB Meminta Fleksibilitas Atasi Konflik Suriah

Kompas.com - 30/10/2015, 15:14 WIB
KOMPAS.com - Sekjen PBB Ban Ki-moon meminta agar ada "fleksibilitas" pada pertemuan di Wina antara negara-negara yang mendukung pihak berlawanan di perang sipil Suriah.

Dia mendesak lima pihak dalam pertemuan tersebut, yaitu Amerika Serikat, Rusia, Iran, Arab Saudi, dan Turki, untuk melupakan "perspektif nasional" demi "kepemimpinan di tingkat dunia".

Pertemuan ini adalah yang pertama yang melibatkan Iran, negara kedua setelah Rusia, yang mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Amerika Serikat dan sekutunya berkeras menyatakan Assad tak bisa menjadi bagian dari solusi konflik yang terjadi.

Perang selama empat tahun yang berlangsung di Suriah berawal dari perlawanan terhadap Assad yang kemudian menewaskan 250 ribu orang dan memaksa separuh penduduk negara tersebut, atau sekitar 11 juta orang, mengungsi.

Iran dan Rusia sudah meningkatkan keterlibatan militer mereka dalam konflik dengan mendukung kekuatan yang setia pada Assad.

AS, Turki, Arab Saudi, dan negara-negara Teluk Arab lainnya sudah sejak lama meyakini bahwa Assad tak bisa lagi mengambil peran dalam masa depan Suriah.

Pada malam sebelum pertemuan, Ban Ki-moon meminta lima negara tersebut untuk berpikir lebih jauh dari kepentingan masing-masing.

"Semakin lama mereka berpikir soal kepentingan nasional, semakin lama juga orang akan menderita, dan dunia pun akan menanggung akibatnya," katanya. "Seperti yang selalu saya katakan, tidak ada penyelesaian militer."

Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir sebelumnya menyatakan pada BBC bahwa Iran harus menerima keluarnya Assad sebagai bagian dari solusi apapun mengatasi konflik.

Jubeir juga mengatakan pada BBC bahwa "tak ada keraguan" bahwa Assad sudah tak bisa menjabat presiden lagi.

"Dia harus pergi, baik melalui proses politik atau lewat paksaan," katanya.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan bahwa negara-negara lain harus menyadari bahwa tidak ada cara mencapai "solusi yang masuk akal" terhadap konflik Suriah tanpa melibatkan Tehran.

Para menteri luar negeri mengadakan pertemuan informal di Wina pada Kamis, dan pembahasan inti akan dilakukan pada Jumat (30/10).

Setelah bertemu Zarif, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini mengatakan bahwa pertemuan ini membawa "semua pemain yang relevan di meja yang sama, berusaha menemukan kesamaan untuk mengawali proses politik."

Menteri Luar Negeri AS John Kerry juga sudah bertemu Zarif pada Kamis, dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, serta menteri luar negeri Arab Saudi dan Turki.

Di Washington, juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan bahwa Amerika Serikat akan terus mendukung beberapa kelompok pemberontak tertentu di Suriah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com