Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Jumlah Korban Tewas Gempa Dahsyat di Cile Kecil?

Kompas.com - 18/09/2015, 09:45 WIB
KOMPAS.com — Cile, salah satu dari sejumlah negara di dunia yang memiliki level seismik paling aktif, telah diguncang tiga gempa besar bermagnitud 8,0 atau lebih dalam lima tahun terakhir. Gempa pertama terjadi pada Februari 2010. Sebanyak 525 orang tewas, termasuk mereka yang meninggal karena tsunami yang muncul akibat gempa tersebut. Namun, dalam gempa terbaru, Rabu (16/9/2015) waktu setempat, yang bermagnitud 8,3, sejauh ini, hanya 11 yang dilaporkan tewas.

Mengapa jumlah korban tewas kali ini jauh lebih rendah?

Gempa terbaru itu tidak sekuat gempa-gempa sebelumnya. Walau tergolong cukup kuat, bermagnitud 8,3, gempa pada Rabu lalu itu hanya melepaskan sekitar sepertiga dari energi yang dilepaskan gempa bermagnitud 8,8 pada tahun 2010, salah satu gempa terkuat yang pernah tercatat pada zaman modern (magnitud gempa diukur dalam sebuah skala logaritmik).

Gempa terbaru berdampak pada daerah yang lebih terpusat

Gempa tahun 2010 terjadi di lepas pantai tengah Cile dan langsung menimpa kota-kota besar dan daerah yang padat penduduk, termasuk daerah resor yang ramai dengan turis. Setidaknya, sepertiga dari garis pantai negara itu mengalami kerusakan signifikan akibat tsunami yang dipicu oleh gempa tersebut, dan kerusakan lebih kecil dilaporkan di San Diego dan Tokyo. Hampir seluruh Cile mengalami mati listrik. Sebaliknya, gempa dan tsunami pada Rabu lalu hanya berdampak di daerah kurang padat penduduk, Coquimbo.

Warga pesisir lebih siap

Sejak gempa 2010, ada banyak latihan antisipasi gempa dan simulasi. Rute evakuasi pun telah ditandai dengan jelas. Akibatnya, meskipun tsunami dari gempa terbaru itu menyebabkan kerusakan fisik yang luas di beberapa kota pesisir dan pelabuhan, hanya sedikit orang yang berada dalam bahaya ketika gelombang itu datang. Pada tahun 2014, ketika gempa bermagnitud 8,2 terjadi di lepas di Cile utara, warga di daerah pesisir dievakuasi dengan cepat dan efisien.

Peringatan dikeluarkan segera

Tahun 2010, tidak ada peringatan tsunami yang dikeluarkan, dan sejumlah pemimpin nasional secara prematur mengatakan kepada publik bahwa mereka sudah bisa kembali ke rumah mereka. Warga di wilayah pesisir tahu harus menuju ke tempat yang lebih tinggi, tetapi banyak pengunjung atau turis yang tidak. Sejak itu, pemerintah telah mengeluarkan peringatan pencegahan tsunami segera, dan sudah jauh lebih banyak peringatan yang diberikan agar semua terdengar jelas, seperti yang terlihat pada gempa 2014 dan gempar terakhir pada Rabu lalu itu.

Aturan tentang kualitas bangunan diterapkan

Di negara yang lebih miskin dan negara-negara berkembang, seperti Haiti, Nepal, atau Indonesia, gempa besar sering amat mematikan. Ribuan orang tewas oleh karena keruntuhan bangunan, jembatan, dan bendungan. Dulu di Cile juga seperti itu. Namun, kemakmuran yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir telah mengangkat standar konstruksi, dan negara itu telah belajar melalui pengalaman yang sulit untuk mengatur dan menegakkan aturan tentang bangunan dan keselamatan yang ketat, seperti yang diterapkan di California. Karena itu, bangunan modern di Cile cenderung lebih tahan gempa, meskipun bangunan bersejarah dan yang berada di daerah pedesaan mungkin masih rentan.

Reaksi tanggap darurat diperbaiki

Sejak tahun 2010, Pusat Seismik Nasional Cile telah beroperasi 24 jam. Sistem pemantauan permukaan laut yang lebih kuat dan prosedur yang lebih baik untuk membantu mengoordinasikan upaya lembaga publik dan swasta juga telah membuat perbedaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com