Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusuri Jalur Kaum Radikal di Turki

Kompas.com - 23/03/2015, 14:40 WIB
PERJALANAN ini bermula dari Istanbul pada Sabtu (14/3/2015), kemudian terbang ke kota Gaziantep setelah transit sekitar 5 jam di bandara internasional Ataturk di Istanbul. Mendarat di kota Gaziantep sekitar pukul 19.00 waktu setempat pada Sabtu malam pekan lalu. Perjalanan ini untuk menelusuri jalur kaum radikal yang hendak menuju Suriah.

Setelah empat hari berada di Gaziantep sejak Sabtu malam pekan lalu, pada Rabu (18/3/2015) sore mengunjungi kota Kilis di perbatasan Turki-Suriah. Keesokan harinya, atau Kamis (19/3/2015), dilanjutkan ke kota Kobani, Suriah.

Perjalanan cukup panjang sebelum sampai di Kobani. Inilah cara umum jalur kader-kader Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) yang datang dari mancanegara, termasuk Indonesia, menuju Suriah melalui Turki.

Kebetulan ada 16 WNI yang ditangkap sejak Januari lalu dan kini ditahan di tahanan kota Gaziantep, karena mereka diduga akan menyeberang ke Suriah untuk bergabung dengan NIIS.

Turki terakhir ini memang menjadi sorotan internasional, karena sudah menjadi pintu utama keluar masuk kader-kader NIIS dan kelompok radikal lainnya dari dan ke Suriah.

CNNTurk dalam laporannya menyampaikan, distrik Adapazari dan Duzgit di Istanbul sudah menjadi tempat transit kader-kader radikal dari mancanegara atau Turki sendiri.

Harian The Washington Post edisi 12 Agustus 2014 mengungkapkan, para petinggi NIIS bebas keluar masuk Turki dan sering berobat di Turki.

Adapun garis perbatasan Turki-Suriah yang paling banyak digunakan kader NIIS dan kelompok radikal lainnya adalah provinsi Hatay dan Gaziantep. Provinsi Hatay bersebelahan dengan provinsi Idlib di Suriah yang wilayahnya banyak dikontrol Front al-Nusra. Adapun provinsi Gaziantep bersebelahan dengan provinsi Aleppo yang wilayahnya dikontrol NIIS.

Pemerintah Turki sampai saat ini dinilai gagal mencegah aksi lintas batas kader-kader NIIS itu. Masyarakat internasional tentu sangat berharap Pemerintah Turki mampu mencegah aksi lintas batas kaum radikal itu.

Turki sesuai dengan kemampuannya, sesungguhnya telah berusaha memenuhi harapan internasional tersebut. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Jumat (20/3/2015), dalam keterangan pers dari Ukraina mengungkapkan, otoritas keamanan Turki telah sering menangkap para ”wisatawan” gadungan yang hendak menyeberang ke Suriah.

Seperti diketahui, aparat keamanan Turki telah menangkap tiga remaja putri Inggris yang diduga hendak menyeberang ke Suriah pada Sabtu (14/3) pekan lalu di Istanbul, setelah Turki mendapat informasi dari kepolisian Inggris.

Namun, Erdogan menyatakan, jangan mudah menyalahkan Turki, tanpa negara-negara asal kader radikal itu melakukan evaluasi diri dengan melakukan pencegahan warganya.

Turki menginginkan kerja sama dengan negara-negara asal kader radikal itu. Kerja sama tersebut dalam bentuk negara asal kader radikal itu segera memberi informasi kepada Turki bahwa warganya berangkat ke Turki untuk menyeberang ke Suriah.

Bagi Turki, tanpa ada kerja sama dengan negara asal kader radikal tersebut, mustahil mencegah warga asing datang ke Turki. Pasalnya, perekonomian Turki sangat mengandalkan devisa dari wisata. Pada tahun 2013, hampir 40 juta turis mengunjungi Turki.

Persoalannya juga menjadi semakin pelik ketika Kompas mengunjungi kota Kilis di perbatasan Suriah-Turki, menemukan ratusan truk yang mengangkut logistik, antre di depan pintu gerbang Kilis untuk menyeberang ke Suriah. Sebanyak 200 hingga 300 truk yang membawa barang-barang masuk dari Turki ke Suriah setiap hari.

Artinya, perang berkepanjangan di Suriah, justru semakin menghidupkan perdagangan Turki-Suriah yang digerakkan para pengusaha dari kedua negara itu. Bahkan tidak menutup kemungkinan para pengusaha Turki atau Suriah terlibat bisnis dengan NIIS.

Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, pada Januari lalu mengungkapkan, gerakan penyelundupan kaum radikal dari Turki ke Suriah, sudah menjadi komoditas bisnis sangat menguntungkan yang dikendalikan jaringan mafia.

Realita lapangan, sejauh pengamatan Kompas selama berada di Turki, terutama di kota perbatasan Kilis, rasanya cukup sulit Pemerintah Turki membendung total gerakan masuk kaum radikal ke Suriah. Penyelesaian sesungguhnya adalah perang di Suriah memang harus segera berakhir, dengan solusi kompromi dari semua pihak yang bertikai di negara itu. (Musthafa Abd Rahman)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Maret 2015, di halaman 5 dengan judul "Menyusuri Jalur Kaum Radikal".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com