Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi New York Rekrut Orang Muslim sebagai Informan

Kompas.com - 12/05/2014, 11:49 WIB
NEW YORK, KOMPAS.COM - Seorang pria asal Afganistan yang bekerja sebagai penjual makanan dalam gerobak ditangkap dalam sebuah perselisihan dengan seorang petugas parkir terkait tiket di New York. Pria lain, seorang sopir limusin kelahiran Mesir, ditangkap terkait kasus prostitusi. Satu orang lagi, seorang mahasiswa akuntansi dari Pakistan, berada dalam tahanan karena mengemudi tanpa lisensi yang valid.

Para pria itu, semuanya imigran Muslim, ditahan di sel pos polisi di New York atau penjara dan mengira akan didakwa di pengadilan. Namun ternyata mereka hanya ditarik ke ruang lain dan ditanyai sejumlah detektif.

Pertanyaan-pertanyaan diajukan bukan tentang tuduhan terhadap mereka, tetapi tentang ke masjid mana mereka pergi shalat dan bagaimana kebiasaan shalat mereka. Akhirnya, para detektif itu langsung ke tujuan: Apakah mereka mau bekerja untuk polisi, menguping pembicaraan orang di kafe-kafe dan restoran Muslim, atau di masjid-masjid?

Bermula beberapa tahun setelah serangan teroris 11 September 2001, satu regu detektif, yang dikenal sebagai Citywide Debriefing Team, menyisir penjara-penjara kota untuk mencari imigran, terutama yang Muslim, yang mungkin dapat dibujuk untuk menjadi informan polisi.

Bulan lalu, Departemen Kepolisian New York mengumumkan telah membubarkan sebuah unit pemantauan kontroversial yang telah mengirim sejumlah detektif berpakaian preman ke komunitas Muslim untuk mendengarkan percakapan dan membuat data rinci tentang di mana orang Muslim makan, berdoa dan berbelanja. Namun berlanjutnya pekerjaan Debriefing Team menunjukkan bahwa departemen itu tidak mundur dari berbagai inisiatif kontraterorisme lain yang dibuat setelah serangan tahun 2001 itu.

Pada kuartal pertama tahun ini, menurut sejumlah pejabat kepolisian, tim itu melakukan 220 wawancara.

Harian The New York Times mengulas dua lusin laporan yang dihasilkan tim itu pada awal 2009. Sejumlah dokumen dan wawancara itu menunjukkan bagaimana skuad tersebut beroperasi sebagai perekrut bagi Divisi Intelijen, bagian departemen kepolisian yang didedikasikan untuk menggagalkan rencana teroris.

Para detektif sudah lama bergantung pada informan, termasuk para pecandu narkoba dan tokoh-tokoh bawah tanah. Namun para informan biasanya diminta untuk memberikan informasi tentang kejahatan yang mereka tahu atau para penjahat lain yang mereka kenal. Sebaliknya, Citywide Debriefing Team telah berusaha untuk merekrut orang Muslim siapa saja tentang apa yang mereka ketahui.

Sejumlah pejabat polisi menjelaskan wawancara tim itu sebagai "percakapan", bukan interogasi. Namun banyak dari mereka yang diwawancarai mengatakan bahwa sebagai imigran Muslim setelah 9/11, mereka merasa tidak punya banyak pilihan selain bekerja sama.

Penjual makanan dalam gerobak, Bayjan Abrahimi (31 tahun) berharap akan dibebaskan dengan cepat setelah penangkapannya pada Maret 2009 karena sengketa tiket parkir. Namun tiga detektif datang mewawancarainya di pos polisi Harlem, di mana ia ditahan. Mereka ingin tahu "tentang Al Qaeda, kau tahu orang-orang ini?" kenang Abrahimi, yang bekerja sampingan sebagai DJ di pesta pernikahan orang-orang Afganistan di Queens.

Para detektif itu bertanya tentang masjid yang ia masuki dan kebangsaan orang-orang Muslim lain yang berdoa di sana. Mereka ingin tahu tentang saudaranya, seorang sopir taksi di Mazar-i-Sharif, di Afganistan utara. Pada akhirnya, mereka menyodorkan kepadanya sebuah tawaran: Apakah ia bersedia untuk mengunjungi masjid-masjid di kota itu dan mengumpulkan informasi, bahkan mungkin melakukan perjalanan ke Afganistan?

"Saya bilang, 'OK, OK, OK, karena saya ingin menyudahi hal itu,'" kata Abrahimi.

Sang sopir limusin, Moro Said (57 tahun), mengatakan ia sedang mengemudi di Flushing, Queens, ketika dia menepi karena berpikir ada seorang perempuan yang butuh bantuan. Ternyata perempuan itu petugas polisi yang sedang menyamar. Said ditangkap. Ia kemudian menemukan dirinya di sebuah ruangan kecil, di mana seorang petugas polisi menawarkan untuk menghilangkan kasusnya. "Jika Anda dapat membantu kami, semuanya akan beres," kenang Said tentang pria yang mengatakan hal itu.

Ketika Said bertanya, apa imbalannya, "Dia mengatakan, 'Anda hanya perlu pergi ke masjid dan kafe dan sampaikan kepada kami jika seseorang berbicara tentang apa saja yang mencurigakan.'"

"Ini tidak pantas," kata Said. "Mereka sedang memancing. Anda sedang dalam masalah hukum dan mereka adalah hukum itu."

Said mengatakan, ketika seorang detektif meneleponnya sekitar seminggu kemudian untuk jadwal pertemuan, ia menolak, dan "kemudian saya menutup telepon". "Saya tidak ingin memata-matai siapa pun," katanya. "Saya benci mata-mata."


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com